REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Kementerian Pertanian, Pangan dan Urusan Pedesaan Korea Selatan berencana akan meningkatkan produksi ginseng dan memperluas ekspor. Guna mempromosikan industri ginseng, Pemerintah siap mengeluarkan biaya produksi sekitar 1,5 trilliun won.

Insam atau gingseng telah lama digunakan sebagai obat atau tonik di negera tersebut. Produksi ginseng di negara ini terus meningkat sejak 1995 dan memuncak di angka 1,1 triliun won (950 juta dolar AS) pada 2012. Namun, sejak saat itu industri ginseng mengalami penurunan akibat krisis ekonomi dan kurangnya lahan pertanian.

Tahun lalu, produksi ginseng menghabiskan 816 juta won dan ekspor ginseng yang mencapai 155 juta dolar. Pemerintah berencana untuk melipatgandakan produksi dan ekspor ginseng dalam lima tahun.

Kementerian berencana membiarkan sektor sipil memainkan peran yang lebih besar dalam memperkuat industri daya saing dan meningkatkan penelitian serta pengembangan melalui koneksi industri lebih dekat. Selain itu, kementrian juga berencana meningkatkan sistem produksi bangsa dan distribusi berkualitas tinggi ginseng dan perluasan ekspor.

Selain itu, pemerintah Korea juga berencana meningkatkan upaya diversifikasi pasar ekspor ke kawasan negara-negara berpenduduk Muslim dan Uni Eropa. Hal ini seiring dengan dorongan untuk menurunkan hambatan non-tarif. 

Korea juga tengah berusaha merevisi undang-undang tentang industri ginseng dan melakukan studi bersama yang lebih internasional tentang khasiat dari ramuan ini. "Kami telah memfokuskan diri mencari kelemahan apa ang harus dibenahi dalam langkah-langkah yang ada dan menyusun tugas-tugas baru," kata Lee Joon-won, kepala kebijakan industri makanan.

Sementara itu, festival ginseng nasional di Korea akan digelar November mendatang. Kementerian Pertanian sedang mempersiapkan promosi iklan yang diberi tema Goryeo Ginseng Day dan menjual Goryeo Ginseng, merek Korea yang telah mendapat pengakuan secara global.

Ikuti Whatsapp Channel Republika