Selasa 29 Mar 2016 15:05 WIB

Kestabilan Harga BBM akan Hindari Inflasi Tinggi Jelang Lebaran

Red: Nur Aini
Petugas mengisi bahan bakar jenis premium di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jakarta, Rabu (30/12).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Petugas mengisi bahan bakar jenis premium di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jakarta, Rabu (30/12).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --  PT Pertamina (Persero) mengharapkan adanya kestabilan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dan Solar pada tiga bulan mendatang untuk menghindari kemungkinan lonjakan harga-harga barang menjelang Lebaran tahun ini.

"Kalaupun ada koreksi harga BBM periode April-Juni ini kami mengharapkan kepada pemerintah selaku regulator penurunannya antara Rp 200-Rp 400 per liter untuk premium maupun solar," kata Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Bambang dalam diskusi "Harga BBM untuk Pertumbuhan Ekonomi" di Jakarta, Selasa (29/3).

Ia mengingatkan, harga minyak dunia pada tiga bulan mendatang diperkirakan bakal berada di kisaran 40-50 dolar AS per barel. Penyesuaian harga berikutnya pada Juli mendatang akan dipengaruhi harga minyak pada periode April-Juni tersebut. Sementara bulan Juli tahun ini ada perayaan hari raya Idul Fitri dan masa liburan sekolah.

Untuk itu, penyesuaian harga yang dilakukan pemerintah dapat mempertimbangkan kondisi sosial di masyarakat, bukan dari indikator ekonomi semata seperti harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat

"Kestabilan harga Premium dan Solar sangat penting sehingga kalaupun ada penurunan pada April ini tidak perlu terlalu besar sehingga pada bulan Juli nanti harga tidak mengalami perubahan karena jika naik akan menambah beban masyarakat saat menghadapi Lebaran dan liburan sekolah," katanya.

Ahmad menegaskan, penentuan harga BBM di Indonesia tidak harus mengacu pada harga BBM di negara tertentu karena pemerintah Indonesia sudah punya cara dan formula dalam menetapkan harga BBM di dalam negeri.

"Jadi jangan hanya membandingkan harga BBM Indonesia dengan Malaysia yang lebih murah. Tetapi tolong membandingkan juga harga dengan Singapura yang mahal. Karena setiap negara punya cara berbeda untuk menetapkan harga BBM," katanya.

Harapan agar pemerintah dapat menjaga kestabilan harga BBM juga disampaikan oleh anggota Komisi VII DPR Dito Ganinduto. Ia mengatakan meskipun harga minyak mentah mengalami penurunan cukup signifikan namun pemerintah tidak perlu menurunkan harga BBM secara proporsional.

Menurut anggota DPR dari Fraksi Golkar ini, harga minyak mentah yang sekarang berada di kisaran 40 dolar AS per barel merupakan harga yang tidak wajar karena jauh di bawah ekspetasi pasar. Oleh karena itu pemerintah harus mempertimbangkan segala kemungkinan termasuk jika sewaktu-waktu harga minyak dunia naik lagi.

"Yang penting pemerintah bisa menetapkan harga BBM yang tetap bisa dijangkau masyarakat dan mempertimbangkan dampak berantai dari penetapan harga BBM terutama bagi premium dan solar," katanya.

Perubahan harga BBM terakhir dilakukan pemerintah pada Januari lalu yang berlaku hingga akhir Maret ini. BBM jenis Premium penugasan di luar Jawa-Madura-Bali ditetapkan sebesar Rp 6.950 per liter. BBM jenis Premium di Jawa-Madura-Bali dipatok Rp 7.050 per liter, sedangkan BBM jenis Solar subsidi ditetapkan sebesar Rp 5.650 per liter.

Baca juga: Pertamina Usulkan Penurunan BBM Rp 200-400 per Liter

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement