REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Industri Mesin Perkakas Indonesia (Asimpi) Rudy Andriyana mengatakan, industri mesin perkakas di dalam negeri semakin tergerus oleh produk impor yang terus meningkat. Pada 2014, impor mesin perkakas mencapai 1,3 miliar dolar AS dan sampai Agustus 2015 impornya tercatat 700 juta dolar AS.
"Pasar Indonesia sangat besar, namun banyak diisi oleh produk luar negeri terutama dari Jepang, Cina, dan Eropa. Diperkirakan pada 2016 ini impornya akan naik sekitar 1,5 miliar dolar AS," ujar Rudy di Jakarta, Senin (28/3).
Rudy menambahkan, impor mesin perkakas tahun ini cenderung meningkat karena peralatan untuk pembangunan infrastruktur cenderung menggunakan mesin kategori Completely Build Up (CBU). Menurutnya, jika dilihat dari belanja modal BUMN dan belanja modal pemerintah, maka peluang demand yang besar seharusnya dapat dimanfaatkan untuk membangun industri barang modal nasional khususnya industri mesin perkakas.
Rudy menambahkan, lemahnya industri mesin perkakas akan menyebabkan impor barang modal semakin besar terutama untuk industri migas, pembangkit listrik, dan industri turunan berbahan dasar migas dan tambang. Menurutnya, impor barang modal terus meningkat karena dianggap dapat memperkuat kapasitas nasional. Padahal, penguasaan teknologi mesin perkakas akan menurunkan ketergantungan industri migas/energi, pertambangan, hulu agro, dan kimia pada impor barang modal.
"Oleh karena itu, membangun industri mesin perkakas Indonesia yang mandiri dan berdaya saing seharusnya sudah menjadi prioritas," kata Rudy.
Rudy menjelaskan, sebenarnya industri mesin perkakas kategori light duty, medium duty, dan special purpose machine sudah dapat diproduksi di dalam negeri. Bahkan, untuk special purpose machine sudah ekspor ke beberapa negara ASEAN seperti Thailand dan Malaysia sebagai pendukung industri otomotif. Rudy menambahkan, kendala lain yang dihadapi oleh industri mesin perkakas nasional adalah meningkatkan awareness terhadap produk lokal.
Menurut Rudy, jika pemerintah masih sulit untuk mengembangkan brand lokal maka sebaiknya didorong membuat kebijakan yang memancing produsen asing untuk membuka fasilitas produksi dan pengembangan teknologi. Rudy mengatakan, sejauh ini anggota Asimpi sudah menyediakan skema fasilitas produksi di Jababeka, Solo, Jogja, dan Bogor namun masih menunggu kerja sama dengan prinsipal asing untuk kategori heavy duty. Sedangkan, mesin perkakas kategori light duty dan medium duty sudah ada kerja sama dengan salah satu prinsipal Taiwan dan Jerman.