Jumat 18 Mar 2016 09:41 WIB

Hubungan Ulat dengan Kenaikan Harga Cabai

Rep: Fuji E Permana/ Red: Teguh Firmansyah
Pedagang menyortir cabai rawit di Pasar Senen, Jakarta, Ahad (13/3).
Foto: Republika/ Wihdan
Pedagang menyortir cabai rawit di Pasar Senen, Jakarta, Ahad (13/3).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Harga cabai di pasar saat ini sedang melambung tinggi. Menurut petani cabai hal tersebut dinilai wajar karena produksi cabai sedang menurun. Penyebab menurunnya produksi cabai karena tanaman cabai sedang diserang hama.

Seorang petani cabai di Desa Rancabango, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Ote (43 tahun) mengatakan, di musim penghujan banyak tanaman cabai yang terserang hama. Serangan hama tersebut menyebabkan tanaman cabai busuk. Namun, meski harga cabai sedang bagus pun tidak terlalu menguntungkan petaninya.

"Dari dua hektare lahan cabai paling yang bisa dipanen 60 persennya jadi naiknya harga tidak berdampak kepada pendapatan juga," kata Ote kepada Republika.co.id, Jumat (18/3).

Dikatakan Ote, populasi ulat saat musim hujan juga meningkat. Akibatnya banyak daun yang dimakan ulat sehingga mengakibatkan tanaman cabai rusak. Menurutnya, harga jual cabai di tingkat petani saat ini mencapai kisaran Rp 42 ribu per kg.

Petani cabai lainnya, Dadang (52) mengatakan hal serupa. Menurutnya, kenaikan harga cabai di pasaran dinilai wajar. Pasalnya, harga jual di tingkat petani cukup tinggi. Saat ini harga cabai dari petani jatuh di kisaran Rp 40 ribu sampai Rp 45 ribu per kg. Maka di pasar harganya akan lebih dari itu.

Baca juga, Harga Cabai Merah Semakin Pedas.

"Kenaikan harga tersebut disebabkan adanya penurunan produksi cabai, di lahan saya saja sampai 30 persen turunnya," ujar Dadang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement