Senin 07 Mar 2016 18:15 WIB

Pembangunan Kilang Mini Dinilai Jadi Solusi Distribusi BBM

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Kilang minyak
Foto: VOA
Kilang minyak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan kilang mini dinilai menjadi jawaban atas kebutuhan bahan bakar minyak yang semakin banyak dan kendala distribusi BBM yang terhalang kondisi geografis. Peneliti dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Gadjah Mada (UGM) Masykuri menilai, kilang mini yang bersifat portable dan dibangun di area terpencil serta dekat sumur bisa memberikan dampak ganda yang baik bagi masyarakat setempat.

Masykuri menjelaskan, salah satu perspektif ekonomi mengapa kilang dibangun di dekat mulut sumur adalah diharapkan pemerintah setempat bisa mendapat manfaatnya. Artinya kabupaten, kota, dan provinsi akan dapatkan manfaat baik langsung atau tidak langsung atas keberadaan kilang.

"Manfaat ekonomi ini sebagai pendorong tumbuhnya PDRB lokal. Kalau sektor ini kita kasih injeksi ada investasi, bagaimana dampaknya kepada PDRB ini. Ke depan misalnya industri tranportasi akan hidup. Misalnya kita menanam padi. Misalnya pabrik penggilingan padi hidup. Pengusaha hidup," kata Masykuri dalam diskusi di kawasan Kwitang, Jakarta, Senin (7/3).

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) IGN Wiratmaja Puja mengungkapkan, perlunya pembangunan kilang mini berdasarkan pada beberapa alasan. Pertama, kata dia, adalah upaya untuk menekan biaya transportasi dari sumur minyak ke kilang. Wiratmaja mengatakan, selama ini pengolahan minyak mentah diolah jauh dari sumber minyak sehingga meningkatkan biaya operasi. Belum lagi, katanya, sejumlah kerugian (loses) terjadi selama transportasi dari sumber minyak kilang. Di antara loses yang terjadi, sebagian besar diakibatkan oleh pencurian minyak di sepanjang pipa.

"Kita negara besar dan banyak remote area dan marginal field. Minyaknya sedikit cuma 3.000 barel, tapi prosesnya banyak. Sehingga kalau bisa bangun kilang mini akan meningkatkan ketahanan nasional," kata Wiratmaja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement