Jumat 04 Mar 2016 21:33 WIB

Ekonomi Islam Dorong Pembangunan Infrastruktur

Ketua OJK Mulaman D Hadad berpidato di acara Forum Ekonomi Jeddah.
Foto: istimewa
Ketua OJK Mulaman D Hadad berpidato di acara Forum Ekonomi Jeddah.

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Indonesia memberikan perhatian khusus bagi pengembangan ekonomi Islam terkait pembangunan infrastruktur. Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengatakan peran ekonomi Islam berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional, stabilitas sistem keuangan, dan kesejahteraan sosial. 

Karena itu, jelas Muliaman, OJK konsisten mendorong perkembangan industri keuangan Islam dan terus pertumbuhan industri ini secara terus-menerus. "Ekonomi Islam pun mampu berkontribusi penting dalam pembangunan infrastruktur," kata Muliaman dalam pidatonya di Forum Ekonomi Jeddah, Jumat (4/3).

Kaitan antara kualitas ketersediaan infrastruktur dan pengembangan ekonomi terasa begitu kuat dan telah terbangun dengan baik. Negara-negara yang menanamakan modalnya pada pembangunan infrastruktur, kata Muliaman, terbukti memiliki posisi lebih baik dalam menarik investasi asing langsung serta mendorong perdagangan dan bisnis lokal.

Sebagai konsekuensinya, masyarakat di negara itu dapat menikmati layanan kesehatan yang lebih baik, sanitasi yang bagus, dan pelayanan-pelayanan sosial lainnya yang bermutu baik. Memang, Muliaman menegaskan masih ada kesenjangan antara kebutuhan pembangunan infrastruktur dan kemampuan pemerintah membiayai proyek-proyek infrastruktur itu.

Dia mengungkapkan, ekonomi Islam bisa mengurangi kesenjangan di atas. "Ini menjadi momentum baik untuk meningkatkan kontribusi industri ekonomi Islam terhadap ekonomi global melalui pembiayaan infrastruktur," kata dia. Apalagi, ekonomi Islam memiliki potensi besar dalam pembiayaan ini. 

Industri keuangan Islam Indonesia saat ini dinilai sebagai salah satu yang paling komprehensif di dunia dalam hal instrumen infrastruktur. Indonesia memiliki 12 bank syariah dan 163 bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) dengan total aset mendekati 22 miliar dolar AS. Jumlah pemegang rekening bank syariah mencapai 22 juta dan industri perbankan syariah ini memiliki hampir 3.000 jaringan kantor di seluruh Indonesia.

Pasar modal Islam, menurut Muliaman, juga berkembang baik ditandai dengan adanya peningkatan angka penerbitan sukuk, baik yang dilakukan pemerintah maupun swasta. OJK mencatat pemerintah sudah menerbitkan 22 miliar dolar AS sukuk dan korporasi 711 juta dolar AS. Di pasar saham, lebih dari 300 emiten syariah hadir dengan kapitalisasi pasar 193 miliar dolar AS. Industri reksa dana syariah juga berkembang cukup signifikan dengan nilai hampir 799 juta dolar AS.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement