Kamis 03 Mar 2016 16:20 WIB

BTN Minati EBA Syariah

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Teller Bank Tabungan Negara (BTN) menghitung uang rupiah di Banking Hall Bank BTN, Jakarta, Kamis (9/7).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Teller Bank Tabungan Negara (BTN) menghitung uang rupiah di Banking Hall Bank BTN, Jakarta, Kamis (9/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasca dibukanya peluang untuk menerbitkan efek beragun aset (EBA) syariah, Bank Tabungan Negara (BTN) menyatakan tertarik. Apalagi peluang penerbitan efek ini terbuka untuk unit syariah.

Direktur Utama BTN Maryono menyatakan, tahun ini BTN akan kembali menerbitkan EBA dan ada rencananya akan ada porsi untuk EBA syariah. Ini tidak lepas dari kebutuhan likuiditas untuk menumbuhkan bisnis.

BTN sudah delapan kali menerbitkan EBA delapan kali dengan nilai Rp 5,6 triliun. Usaha regulator untuk mendorong penerbitan EBA syariah yang diinisiasi PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) bisa diikuti yang lain.

''Bank tidak bisa mengandalkan DPK untuk membiayai KPR yang sifatnya jangka panjang. Meski dengan EBA aset tidak tumbuh agresif, laba bisa tumbuh bagus,'' ungkap Maryono dalam seminar IAEI di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (3/3).

Ia menilai sekuritisasi aset bisa jadi alat bantu mengendalikan kualitas aset. Hal ini juga membuat bank syariah melakukan peningkatan kesiapan SDM dan lembaga.

Berpengalaman memanfaatkan EBA kontrak investasi kolektif (KIK) dan EBA surat partisipasi (SP) konvensional, Maryono menilai sekuritisasi konvensional lebih praktis. Sekuritisasi secara syariah memang lebih panjang, tapi tidak masalah jika originator mau fokus.

Managing Director BTN Oni Febriarto mengatakan, unit usaha syariah (UUS) BTN berakad murabahah mencapai 60 persen dan 30-40 persen sisanya MMQ dan IMBT.

Besaran sekuritisasi akan disesuaikan kebutuhan likuiditas. Rencananya, porsi penerbitan EBA syariah sekitar Rp 200 miliar. Nilai ini bisa jadi tidak terlalu besar kerena UUS BTN tetap perlu tumbuh dan ada rencana priorioritas lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement