REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah optimistis target produksi nasional sekitar 8,7 juta ton pulp per tahun mulai 2017 bakal tercapai. Mengingat adanya tambahan pasokan dari dua pabrik terintegrasi di Sumatra Selatan dan Riau
Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Ditjen Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto mengatakan kedua pabrik akan beroperasi tahun ini dan berproduksi pada 2017 dengan target dua juta ton pulp per tahun.
"Melalui efisiensi serta teroboson di hilir, kami yakin target produksi nasional bisa terpenuhi. Kami tidak merevisi target itu," kata Panggah dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/2).
Panggah menyakini industri pulp masih prospektif karena permintaan pulp dunia meningkat rata-rata 2,1 persen per tahun. Selain itu, tidak banyak negara produsen pulp memiliki ruang untuk pengembangan lahan dan industri. "Peluang itu hanya ada di Indonesia serta beberapa negara di Amerika Latin," kata Panggah menambahkan.
Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Tony Wenas mengatakan industri pulp dan kertas sangat diperhitungkan di dunia karena mempunyai beberapa keunggulan komparatif yang tidak dimiliki negara lain.
Di Indonesia, hanya butuh empat tahun pohon akasia dan ekaliptus bisa dipanen. Sementara di negara tropis yang menjadi pesaing, pohon baru bisa dipanen setelah 40-50 tahun.
Tony optimistis target Indonesia untuk masuk dalam tiga besar dari sembilan besar produsen pulp dunia saat ini sangat terbuka. Salah satunya dengan memaksimalkan pemanfataan izin.
Menurut Tony, pemerintah mengalokasikan 10 juta ha untuk kegiatan Hutan Tanaman Industri (HTI). Saat ini, yang benar-benar dikelola baru sekitar empat juta hektare. "Jika pemanfaatannya dimaksimalkan, tidak sulit bagi Indonesia untuk berada di urutan tiga besar pemain pulp dunia," katanya.