REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyebut revisi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) bisa dilakukan dalam rentang harga 30 sampai 40 dolar AS per barel.
Harga ini ia nilai paling realistis dengan kondisi merosotnya harga minyak dunia satu tahun belakangan. Asumsi ICP yang saat ini tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara masih di angka 50 dolar AS per barel.
"Saya kira itu angka yang realistis karena kemarin dengan telah disepakatinya freeze produksi antara Arab Saudi kemudian Rusia kemudian beberapa negara Amerika Latin harusnya sih punya dampak kepada harga minyak, saya kira 30-40 (dolar AS per barel) itu sesuatu yang mungkin realistis," jelas Sudirman usai menjadi pembicara di sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (24/2).
Selain itu, Sudirman juga mengungkapkan kemungkinan pengurangan pendapatan negara dari sektor migas sebagai imbas dari turunnya harga minyak dunia. Meski begitu, ia menolak menjelaskan berapa proyeksi perubahan pemasukan negara dari sektor migas ini. Ia mengaku, perhitungan atas hal ini diserahkan kepada Kementerian Keuangan.
"Tentu front linenya APBN P kan menteri keuangan, kita ikut, kita memberikan asumsi, kita memberikan kalkulasi mengenai harga dan segala macam, kita tidak bisa mendahului untuk menghitung berapa perubhannya," ujar dia.