REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Bandung menilai dampak pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah terlihat di sektor pertanian Kabupaten Bandung. Salah satu indikasinya, yakni dengan sudah masuknya orang asing dari negara-negara di Asia ke sektor pertanian Kabupaten Bandung.
Ketua KTNA Kabupaten Bandung Nono Sambas mensinyalir sejumlah orang asing dari negara di Asia, seperti Thailand, Vietnam, Filipina, dan Malaysia, sudah berdatangan ke beberapa area lahan pertanian di berbagai daerah di Indonesia yang potensial dari sisi pertaniannya.
"Memang sudah ada pergerakan dari luar ke sini, (Pulau) Jawa khususnya Jawa Barat, karena potensi pertaniannya besar," kata dia, di Bandung, Jumat (19/2).
Namun, Nono mengakui, orang-orang asing itu masih membaca situasi dan kondisi daerah yang diincarnya. Tak hanya itu, mereka juga tengah mempersiapkan segala yang dibutuhkan untuk bisa menyesuaikan diri dengan kultur masyarakat Indonesia.
Menurut Nono, saat ini mereka masih dalam proses mempelajari bahasa Indonesia dan kultur masyarakatnya. Ini dilakukan agar target bisnis yang sudah dirancang sebelumnya bisa terlaksana.
Penguasaan geografis bagi orang-orang mancanegara itu pun tidak menjadi persoalan. Sebab, mereka tentu akan memanfaatkan teknologi GPS untuk bisa menguasai kondisi geografisnya. "Mereka lebih maju memang," kata dia.
Nono mengatakan masuknya kalangan mancanegara ke sektor pertanian di Indonesia ini harus menjadi cambuk bagi masyarakat lokal. Masyarakat yang bergelut di sektor pertanian pun secara tak langsung bakal meningkatkan etos kerjanya agar tidak tersingkir oleh orang-orang asing itu.
Selain itu, juga ada imbas positif jika memang banyak orang-orang asing yang berekspansi ke Kabupaten Bandung. Salah satunya, bakal ada pertukaran teknologi, peningkatan investasi dan penyerapan tenaga kerja. Kondisi tersebut perlu disikapi secara bijak oleh kalangan masyarakat.
Karena itu, bukan tidak mungkin petani lokal, khususnya petani penggarap, akan merugi. Lantaran pengangguran saat ini memang sudah sedemikian banyak. "Jika orang asing sudah masuk, warga lokal kita entah dikemanakan. Ini yang harus diperhatikan pemerintah," ujar dia.