REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada perdagangan akhir pekan ini, IHSG diperkirakan bergerak bervariasi. Penguatan lanjutan akan dibayangi aksi ambil untung menyusul meningkatnya risiko pasar saham global.
Pada hari ini, Jumat (12/2), IHSG diperkirakan akan bergerak di kisaran 4.750 hingga 4.810 dan berpeluang menguat terbatas.
Sementara, bursa global kembali didominasi tekanan jual. Indeks Eurostoxx di kawasan Euro anjlok 3,9 persen pada 2.680,35. Di Wall Street, indeks DJIA dan S&P masing-masing terkoreksi 1,6 persen dan 1,2 persen tutup di 15.660,18 dan 1.829,08.
"Kekhawatiran pelambatan ekonomi global dan harga minyak yang terus tertekan menjadi faktor utama aksi jual di pasar saham global," kata analis ekonomi dari First Asia Capital, David Sutianto, Jumat (12/2).
Harga minyak mentah tadi malam di AS sempat anjlok ke 26,13 dolar AS per barel sebelum rebound tutup di 27,16 dolar AS per barel menyusul spekulasi pasar OPEC akan menyepakati pemotongan produksinya.
Sebelumnya, pada penutupan perdagangan Kamis (11/2), IHSG berhasil menguat di tengah meningkatnya risiko pasar saham global di kawasan Asia. IHSG berhasil tutup menguat 43,377 poin (0,917 persen) di 4.775,860. Penguatan IHSG ditopang arus dana asing yang masuk hingga Rp 878,35 miliar.
"Masuknya kembali dana asing ke pasar aset berisiko Indonesia, terutama dipicu optimisme pasar terhadap prospek pertumbuhan ekonomi tahun ini di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi global dan redahnya tekanan inflasi," ujar David menjelaskan.
Selain faktor makro ekonomi yang kondusif tahun ini, kata David, asing juga merespons positif kebijakan paket ekonomi jilid X yang dirilis kemarin terkait revisi daftar negatif investasi (DNI) yang intinya membuka lebih besar kepemilikan asing pada sejumlah sektor usaha di Indonesia.