Selasa 09 Feb 2016 20:03 WIB

150 Perusahaan Migas Global Terancam Gulung Tikar

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Kilang minyak
Foto: VOA
Kilang minyak

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Sekitar 150 perusahaan minyak dan gas bumi global terancam gulung tikar, akibat dari pasokan minyak dunia yang berlebih yang menekan perolehan di industri minyak dan gas bumi (migas) selama setahun terakhir. Angka ini naik dua kali lipat dibanding jumlah perusahaan yang sudah dinyatakan bangkrut tahun lalu sebanyak 60 perusahaan migas.

Kepala Analis Hulu dari IHS Bob Fryklund menyebutkan, apabila kelesuan industri hulu migas terus berlanjut maka keputusan untuk merger dan akuisisi bisa jadi tak terelakkan. Sebelumnya, kata Fryklund, keputusan untuk merger dan akuisisi belum dilakukan karena masih belum ada kesepakatan soal nilai aset perusahaan, antara pembeli dan penawar.

Bisnis migas telah kolaps setidaknya 70 persen dari keseluruhan industri sejak dua tahun belakangan, sejak Amerika Serikat menggenjot produksi minyak yang diambil dari lapisan batuan serpih atau shale oil. Kondisi semakin parah ketika negara-negara penghasil minyak yang tergabung dalam Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) terus membanjiri pasar dengan produksi minyak konvensional yang tak diturunkan.

Bangkrutnya puluhan perusahaan migas bisa menjadi sinyal bahwa harga minyak telah menyentuh level terendahnya. Fryklund memperkirakan, opsi penyelamatan oleh perusahaan migas di tengah gempuran harga minyak dunia yang rendah bisa mendorong penjualan aset perusahaan senilai 230 miliar dolar AS di seluruh dunia.

"Tak ada pembeli (minyak) karena ada ketidakcocokan antara harapan dan realitas. Kita harus menutup gap yang ada. Perusahaan yang tersisa dari kebangkrutan ini yang akan melanjutkan usaha," ujar Fryklund dalam sebuah wawancara di Tokyo kepada Bloomberg, Selasa (9/2).

Baca juga: BI Pantau Harga Minyak Dunia Untuk Turunkan BI Rate

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement