REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usai dibekukannya Pertamina Energy Trading Limited (Petral), PT Pertamina (Persero) terus meningkatkan transparansi melalui proses pengadaan minyak dan produk minyak dengan Integrated Supply Chain (ISC) lewat lima program terobosan ISC 1.0.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan lima program fase ISC 1.0 itu adalah memotong perantara dari rantai suplai, peningkatan pemanfaatan, dan fleksibilitas dari armada laut Pertamina. Terobosan lainnya adalah dengan pemberian kesempatan yang sama dan adil untuk semua peserta pengadaan.
"ISC 1.0 juga menerapkan terobosan lain berupa penerapan proses evaluasi penawaran yang transparan dan mengurangi biaya dengan menerapkan pembayaran telegraphic transfer (TT)," ujar Wianda, Senin (8/2).
Wianda mengatakan, efisiensi dalam pengadaan juga dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan kapal-kapal yang dikelola oleh Pertamina, baik untuk mengangkut BBM, minyak mentah, dan elpiji impor dari titik penjualan ke dalam negeri.
Selain itu, dalam pengadaan minyak mentah Pertamina juga melakukan renegosiasi kontrak dengan Saudi Aramco, yang memiliki kontrak evergreen dengan Pertamina sekitar 120 ribu barel per hari. Sejak Juni 2015, jelas Wianda, Saudi Aramco bersedia untuk tidak lagi mewajibkan Pertamina menerbitkan letter of credit (L/C).
"Berapa sen pun yang dapat kami hemat, Pertamina akan lakukan upaya terbaik untuk meraihnya, tentu saja sesuai dengan kaidah-kaidah. Sepanjang tahun lalu ISC telah memberikan penghematan untuk Pertamina sekitar 208,1 juta dolar," ungkap Wianda.
Menurut Wianda, efisiensi dari sisi pengadaan minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan ISC salah satunya dilakukan dengan mengevaluasi ulang kontrak-kontrak pembelian sebelumnya. "ISC akan melakukan upaya terbaik untuk mendapatkan harga yang paling optimal bagi Pertamina," ujarnya.
Pertamina, menurut Wianda, mengundang daftar mitra usaha terseleksi (DMUT) untuk terlibat dalam pengadaan minyak mentah dan produk BBM. Penetapan DMUT juga cukup ketat karena harus memenuhi sejumlah kualifikasi tertentu seperti detail bisnis perusahaan, detail laporan keuangan, detail bank, dan lain-lain.
"Melalui ISC, peserta tender lebih variatif, harga lebih kompetitif, dan posisi tawar semakin tinggi. Informasi tender kami buka melalui website Pertamina yang semua orang dapat mengaksesnya," katanya.
Wianda mengatakan dengan transparansi menjadikan ISC menjalankan fungsi pengadaan lebih baik dan menghilangkan potensi conflict of interest.
"Pola mekanisme tender yang dilakukan melalui email dan metode evaluasi penawaran ketat dan prudent menjadikan proses pengadaan minyak dan produk Pertamina lebih akuntabel dan kredibel," katanya.