Sabtu 30 Jan 2016 13:08 WIB

Boneka Cantik Wisuda Pengantar Limpahan Laba

Rep: Sonia Fitri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sri mulyani dan Septi Nurjamilatunnisa
Sri mulyani dan Septi Nurjamilatunnisa

REPUBLIKA.CO.ID,

oleh Sonia Fitri/Wartawan Republika

Saling bertukar hadiah di momen perayaan tertentu masih menjadi tradisi masyarakat hingga kini. Termasuk dalam perayaan Wisuda. Kebiasaan masyarakat tersebut menjadi inspirasi kakak beradik Sri Mulyani dan Septi Nurjamilatunnisa untuk membuka usaha. Mereka terjun langsung menjadi pemasok boneka wisuda asal Bandung meski kemudian ujian sebagai pelaku usaha menghampiri.

Bisnis "Boneka Wisuda Bandung" bermula ketika Sri Mulyani menginjak semester akhir perkuliahan. Kala itu ia ingin menghadiahi salah seorang teman yang akan berwisuda dengan boneka.

Ia pun lantas iseng berselancar di dunia maya melihat model-model boneka wisuda yang berserakan dan beragam jenis sekaligus melihat alternatif harganya. Hanya saja ia merasa sebagian boneka tersebut memiliki harga yang mahal.

Namun dalam proses pencarian, tebersitlah ide untuk membuat boneka wisuda secara mandiri. Ide tersebut disambut sang adik, Septi Nurjamilatunnisa.

Mereka merancang pembuatan boneka wisuda dari bahan kain flanel. Soal jahit-menjahit dan beragam bahan, sang adik, Septi, jagonya. Karena Septi sudah mengantongi ilmu dasar-dasar menjahit dari sekolahnya di SMKN 9 Bandung (Sekolah Parawisata) jurusan Tata Busana.

Mereka pun mantap memulai bisnis pada pertengahan 2014. Modal awal usaha sama sekali tak besar.

Hanya Rp 50 ribu yang dibelanjakan kain flanel aneka warna, benang dan gunting dari toko jahit dekat rumah.

"Kita membeli kain warna kulit, kan hitam untuk warna toga, warna warni untuk kerudung dan rompi toga," kata Sri kepada Republika.

Isi boneka berupa dakron yang diambil dari isi boneka-boneka bekas yang sudah rusak. Jadilah kala itu mereka memproduksi dua boneka wisuda sebagai //dummy//.

Boneka yang telah jadi mereka tawarkan kepada sejumlah teman, dan mendapat sambutan bagus. Sri dan Septi kebanjiran order. Mereka pun menambah modal produksi dengan meminjam uang kakak mereka sebanyak Rp 250 ribu.

Seiring produksi yang bergulir sesuai pesanan, mereka mulai mencari pemasok kain yang menawarkan harga bagus tanpa mengabaikan kualitas. Promosi juga terus diperluas dengan memanfaatkan semua media sosial, dari mulai facebook, twitter, blog dan instagram.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement