REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Sebuah bank di Austria, BAWAG PSK, mengumumkan rencana mereka memulai program percobaan perbankan Islam pada Februaru mendatang. Sayangnya, model perbankan Islam pertama di Austria ini menuai protes.
Keputusan bank yang berbasis di Wina itu menuai protes masyarakat di laman Facebook BAWAG. Suguhan baru BAWAG finilai mengistimewakan konsumen Muslim dan tidak toleran. Beberapa konsumen bahkan mengancam meniggalkan bank itu. Laman Facebook tandingan menyerukan boikot BAWAG dibuat, demikian dilansir The Independent, Selasa (19/1).
BAWAG sendiri menjanjikan tak akan ada pengistimewaan antara nasabah Muslim dan non-Muslim dan mengajak konsumen mereka untuk tidak mengarahkan usaha BAWAG pada isu rasisme. ''Nasabah Yang Terhormat, kami terbuka menanggapi semua pertanyaan dan komentar di laman kami. Namun, kami mohon untuk menjaga etika berinternet dengan menjauhi radikalisme, eksrimis, rasis, atau pernyataan yang megancam, memojokkan dan menyerang persolal. Terima kasih banyak,'' tulis BAWAG di laman Facebook mereka.
BAWAG mempersilakan masyarakat, siapapun dan apapun agamanya, untuk membuka akun layanan syariah jika itu dinilai membawa keuntungan finansial bagi mereka. Austria sendiri merupakan negara di Eropa dengan populasi Muslim terbesar ke dua. BAWAG menargetkan bisa menjaring 600 ribu Muslim di sana untuk menggunakan produk mereka.
Berkaca pada Inggris, negara minoritas Muslim ini sudah menjadi pusat penting bagi keuangan Islam. Al Rayan Bank yang sebelumnya Islamic Bank of Great Britain bahkan tercatat selalu untung dalam 18 bulan terakhir.
Head of Islamic Finance The PwC, Mohammad Khan, menjelaskan, layanan keuangan syariah tidak boleh mengandung unsur bunga dan harus sangat transparan. Aneka biaya dan besarnya harus dijelaskan terbuka.
Sebagai validasi, pengawas syariah harus tahu semua produk perbankan syariah yang ia awasi termasuk pemasaran, syarat dan ketentuan serta aneka biayanya.