Kamis 21 Jan 2016 05:05 WIB

BI Rate Turun, Return Obligasi Diprediksi Makin Positif

 Petugas bank melayani nasabah calon pembeli Obligasi Ritel Indonesia (ORI) 011 di Bank BRI Pusat, Jakarta,?Rabu (1/10).(Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Petugas bank melayani nasabah calon pembeli Obligasi Ritel Indonesia (ORI) 011 di Bank BRI Pusat, Jakarta,?Rabu (1/10).(Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Mandiri Manajemen Investasi menilai, kebijakan Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan (BI rate) akan berdampak positif pada pasar surat utang atau obligasi dalam negeri tahun 2016. "Tingkat bunga turun tentunya harga obligasi akan naik," ujar Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi Muhammad Hanif dalam Investor Gathering bertema "Market Outlook 2016", Rabu (20/1).

Pilihan di obligasi menjadi lebih menarik karena lebih pasti 'return' (imbal hasil)-nya, apalagi dengan peringkat yang bagus, maka 'return' yang dihasilkan dapat dari kupon obligasinya dan dari kenaikan harga obligasinya. Dengan diturunkannya BI rate, lanjut dia, diharapkan juga akan dapat mendorong perekonomian untuk tumbuh lebih cepat serta dimulainya siklus pelonggaran moneter. Dia menilai pemangkasan BI rate juga akan berdampak positif baik untuk kondisi ekonomi di dalam negeri.

Ia menambahkan bahwa imbal hasil obligasi yang cukup prospektif itu, juga akan mendorong produk reksa dana jenis pendapatan tetap secara otomatis akan diminati investor pada tahun ini. "Sudah otomatis dengan prospek obligasi yang positif akan berdampak pada reksa dana 'fixed income'," katanya.

Hanif memproyeksikan potensi penurunan BI Rate masih cukup terbuka seiring dengan harapan rendahnya tingkat inflasi di tahun 2016 ini serta ruang untuk kembali pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) di tengah harga minyak dunia yang cenderung terus terkoreksi.

Pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Kamis (14/1) pekan lalu memutuskan untuk menurunkan level BI Rate menjadi 7,25 persen dari sebelumnya 7,5 persen.

Secara terpisah, Analis MNC Securities I Made Saputra mengatakan bahwa secara teknikal, harga obligasi terutama Surat Utang Negara (SUN) masih berada pada tren kenaikan harga.

Namun demikian, sinyal pembalikan arah tetap ada pada beberapa seri yang berpotensi untuk mengubah arah pergerakan harga SUN. "Dengan kondisi tersebut kami sarankan kepada pelaku pasar untuk tetap mencermati arah pergerakan harga SUN dengan melakukan strategi transaksi jangka pendek guna mengurangi risiko yang terjadi akibat fluktuasi harga di pasar sekunder," katanya.

sumber : antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement