REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) masih berharap PT Freeport Indonesia bisa menjual sahamnya ke publik di bursa (IPO). Meski nilai sahamnya kini terus anjlok di bursa saham New York (NYSE), BEI masih melihat pengaruh positif jika perusahaan asal AS itu go public.
"Kembali kalau saham turun itu kan itu karena pergerakan di pasar, tapi pengaruh kalau Freeport itu mau go public pasti akan berpengaruh positif terhadap bursa kita," kata Direktur Pengembangan BEI, Nicky Hogan, ketika ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (20/1).
Ia menilai volatilitas harga saham Freeport McMoran merupakan hal yang wajar, terutama dengan melihat harga komoditas saat ini yang tengah melemah.
"Saya merasa kalau dilihat dari grafik saham Freeport di luar itu mengalami penurunan ya itu lebih bukan karena kasus Freeport dan lain-lain karena lebih dengan kondisi saham komoditi sedang turun, seperti itu," jelasnya.
Ia meyakini jika nantinya harga komoditas rebound, nilai saham Freeport akan kembali membaik. "Kalau kami di bursa tetap berharap bisa IPO kan supaya masyarakat bisa ikut memiliki," ujar Nicky.
Adapun mengenai mundurnya Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin tidak membawa pengaruh terhadap sentimen harga saham perusahaan itu. Apalagi pengunduran diri Maroef disebabkan masa kontrak yang habis bukan karena berhenti atau diberhentikan sebelum waktunya.
Sementara, untuk perdagangan terakhir di NYSE, Selasa (19/1) pukul 19.58 waktu setempat, saham Freeport tercatat turun 9,2 persen di level 3,95 dolar AS per lembar saham. Padahal sebelumnya dibuka dengan berada di level 4,58 dolar AS per lembar saham.