REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepala Ekonom Bank BNI Ryan Kiryanto mengatakan bonus demografi, yang ditandai dengan tingginya jumlah penduduk usia produktif, bisa menguntungkan perekonomian Indonesia.
Bahkan, kata Ryan, Tiongkok pun seakan "iri" atas kondisi Indonesia tersebut dan menambah jumlah anak maksimal menjadi dua orang, bukan lagi wajib seorang, perkeluarga mulai 2016.
"Saat ini Tiongkok menghadapi tingginya populasi manusia usia lanjut. Indonesia justru sebaliknya, usia produktif semakin banyak disertai kelas menengah perkotaan yang memiliki daya beli kuat," ujar Ryan dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat malam.
Bonus demografi sendiri diperkirakan baru bisa dinikmati oleh Indonesia pada rentang tahun 2020-2030. Saat itu diprediksi jumlah usia usia produktif (15-64 tahun) mencapai sekitar 70 persen, sedang 30 persen penduduk yang tidak produktif (usia 14 tahun ke bawah dan usia di atas 65 tahun).
Selain keadaan tersebut, Indonesia juga diuntungkan dengan pengalaman Tanah Air yang sudah beberapa kali menghadapi krisis ekonom dan berhasil melaluinya.
Semua hal itu diyakini merupakan prospek yang baik di tahun-tahun mendatang dan mendukung rencana jangka panjang Presiden Joko Widodo untuk Indonesia.
Pada tahun 2015-2085, Jokowi menargetkan Indonesia menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia serta ingin Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi dan peradaban di dunia.
Kedua cita-cita tersebut tertuang dalam "kapsul waktu" bersama lima harapan akan Tanah Air lainnya.
"Ini pula menjadi orientasi pembangunan infrastruktur, yang telah dimulai secara masif, dalam jangka panjang," kata Ryan.
Oleh karena itu dia berharap pengawasan ketat dari pemerintah bisa terus dilakukan, seperti yang dipraktikkan Presiden Jokowi saat ini dengan mengunjungi langsung pembangunan-pembangunan infrastruktur di daerah-daerah. "Blusukan itu menunjukkan keseriusan," tutur Ryan.