Jumat 15 Jan 2016 11:16 WIB

IHSG Berpeluang Menguat Terbatas

Rep: Risa Herdahita/ Red: Muhammad Subarkah
Seorang karyawan melintas didekat layar elektronik pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Seorang karyawan melintas didekat layar elektronik pergerakan Indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta.

JAKARTA--Melanjutkan perdagangan akhir pekan ini, Jumat (15/1), dengan topangan redahnya risiko pasar global, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan berpeluang menguat terbatas. Langkah Bank Indonesia (BI) yang melonggarkan likuiditas akan menopang sentimen positif atas saham-saham sektoral yang sensitif interest-rate seperti perbankan, otomotif, dan properti.

"Kenaikan harga minyak mentah menjadi momentum positif rebound saham berbasiskan komoditas. IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 4.490 hingga 4.570 berpeluang menguat," jelas Analis Saham First Asia Capital (FAC), David Sutyanto, Jumat (15/1).

Pada perdagangan saham kemarin, khususnya sesi pertama didominasi aksi jual pemodal menyusul meningkatnya risiko pasar. Ini terutama dipicu teror bom yang melanda ibu kota Jakarta.

IHSG pun sempat anjlok 1,72 persen pada penutupan sesi pertama. "Di luar sentimen teror bom, pergerakan pasar sudah cenderung negatif terimbas faktor kawasan dan global," tegasnya.

Namun, kepanikan pasar akibat teror bom tidak berlangsung lama. Langkah BI yang secara mengejutkan menurunkan tingkat bunga BI Rate 25 bp menjadi 7,25 persen berhasil memulihkan pasar.

Menyusul itu, IHSG ditutup hanya koreksi 23,998 poin atau 0,53 persen di 4.513,181. "Aksi beli pemodal atas saham perbankan yang mendapatkan momentum positif setelah penurunan BI Rate menjadi penopang utama yang menahan koreksi indeks," lanjut David.

Sementara tadi malam Wall Street berhasil rebound. Indeks DJIA dan S&P di Wall Street masing-masing menguat 1,41 persen dan 1,67 persen. 

David menerangkan, rally-nya Wall Street tadi malam terutama ditopang rebound harga minyak mentah yang mengangkat kembali harga saham sektor energi. Harga minyak mentah tadi malam di AS naik 2,2 persen di 31,15 dolar AS per barel.

Menurut David, pasar juga merespon positif pernyataan gubernur bank sentral negara bagian St Louis di AS, James Bullard. Pernyataan itu mengindikasikan kenaikan tingkat bunga the Fed ke depan akan lebih lambat dibandingkan perkiraan sebelumnya.

"Ini menyusul rendahnya perkiraan inflasi di bawah target 2 persen karena turunnya harga minyak mentah," ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement