Senin 04 Jan 2016 10:29 WIB

Presiden Sebut Penurunan Pertumbuhan Ekonomi tak Signifikan

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut data perekonomian Indonesia pada tahun kemarin di atas ekspektasi publik. Bahkan, dibandingkan negara-negara lain penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak signifikan.

Presiden memperkirakan pertumbuhan ekonomi antara 4,7 atau 4,8 persen pada tahun kemarin. Artinya, lebih rendah dibandingkan pada 2014 yang mencapai lima persen. ''Bandingkan dengan negara lain yang turun 1,5 persen, tiga persen, satu persen, kita hanya turun 0,3-0,2 persen,'' kata Jokowi di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (4/1).

Presiden menyakini, apabila publik dan pelaku usaha optimistis perekonomian diyakini akan lebih baik lagi. Presiden mengatakan, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada 2015 diragukan publik. 

Konsensus menilai, penerimaan pajak diperkirakan di bawah 70 persen dan maksimal di bawah 80 persen. Kenyataannya, pendapatan negara ditutup mencapai 84,7 persen atau Rp 1.491 triliun. Sedangkan, penerimaan pajak mencapai 83 persen atau Rp 1.235,8 triliun. 

Selain itu, penerimaan non pajak 93,8 persen atau Rp 252,4 triliun. Artinya, yang ditakutkan tidak terjadi. Kemudian, lanjut dia, serapan belanja negara mencapai 91,2 persen. ''Saya pernah berbicara saat itu saya yakin 92-93 persen,'' ujar dia.

Presiden melanjutkan, inflasi hanya 3,3 persen pada tahun kemarin. Padahal, tingkat inflasi mencapai 8,3 persen pada 2014.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement