Selasa 29 Dec 2015 19:24 WIB

Tata Niaga Tembakau Dinilai Buruk

Rep: C39/ Red: Nur Aini
  Seorang warga menjemur tembakau di Desa Ngerong, Kab. Magetan, Jatim.
Seorang warga menjemur tembakau di Desa Ngerong, Kab. Magetan, Jatim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Koalisi Nasional Masyarakat Sipil untuk Pengendalian Tembakau Ifdhal Kasim mengatakan, lebih dari 10 tahun terakhir, Indonesia tak lagi menjadi produsen tembakau yang besar. Hal ini disebabkan karena pemerintah salah dalam mengambil kebijakan.

"Kita bukan lagi produsen tembakau besar, karena petani tembakau kita runtuh di mana-mana, seperti di Jawa Timur, Sulawesi, dan sebagainya, " katanya dalam diskusi di Jakarta, Selasa (29/12).

Menurul Ifdhal, petani tembakau tersebut runtuh karena kesalahan tata niaga tembakau yang memperbolehkan sistem impor. Tembakau tersebut, kata dia, diimpor dari negara-negara produsen tembakau terbesar seperti India, Cina, dan Thailand.

"Dengan alasan kualitas daun tembakau kita rendah, maka dibelilah tembakau dari Cina, India, Thailand, dan negara yang lain," ujarnya.

Ifdhal menambahkan, tata niaga tersebut telah merusak petani tembakau Indonesia. Karena itu, perlu kontrol terhadap serangan tembakau dari negara-lain.

"Industri rokok-rokok kita sekarang, bukan lagi dimiliki pemodal nasional, itu sudah miliki pemodal multi nasional. Mereka sudah menguasai merka-merk rokok lokal," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement