Rabu 23 Dec 2015 09:27 WIB

Coklat Bali Disiapkan untuk Go International

Red: Nur Aini
Biji Kakao
Foto: Antara
Biji Kakao

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pengusaha I Gusti Ayu Agung Inda Trimafo Yudha sedang mempersiapkan olahan coklat Bali agar bisa go international dan tidak hanya eksis di negeri sendiri.

"Persiapan sedang dilakukan dengan membangun pabrik coklat di kawasan Sembung, Tabanan, tahun 2016. Setelah itu kami konsentrasi untuk menggarap pasar lokal dan mempersiapkan 'go international'," kata I Gusti Ayu Agung Inda Trimafo Yudha, Rabu (23/12).

Wanita yang akrab dipanggil Inda Trimafo ini menyebutkan, bisnis coklat ini sudah tergarap sejak tiga tahun lalu bersama suami, Tobias Challanger Garrit dengan mendirikan perusahaan PT Bali Chocolate (PT BC).

Selama ini respon pasar dinilai sangat bagus dan sudah menembus konsumen di hotel bintang lima di Bali. Sebentar lagi berbagai supermarket di kawasan Denpasar dan sekitarnya pun menjadi pasar tujuan PT BC.

Bahan baku coklat itu, didapatkan dari petani di kawasan Petang, Badung, dan Muntigunung, Karangasem, sebagai upaya untuk pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

"Biji coklat dulu di Petang itu tidak dinilai sebagai sesuatu yang prospektif bagi penduduk. Sering dibiarkan terbengkalai di tanah dan berserakan. Setelah saya usulkan untuk memelihara pohon kakao (Theobroma cacao) dan nanti bijinya saya beli, beberapa petani akhirnya bersedia menjalin kerja sama. Sekarang beberapa petani sudah kontinyu biji kakaonya saya pesan untuk bahan baku coklat," katanya.

Belakangan petani di Petang pun makin bertambah yang memelihara kakao dan menjual produk biji kakao kepada perusahaan PT BC, sehingga upaya pemberdayaan mulai dirasakan secara positif oleh masyarakat.

Menurut dia, tak hanya di Petang, bahkan di Muntigunung pun masyarakatnya mulai menerima dampak positif dengan kerja sama biji kakao.

"Sebelumnya daerah Muntigunung dikenal sebagai daerah gersang dan kering. Penduduknya kebanyakan merantau karena sulit mendapatkan pekerjaan sehingga bertahun-tahun hidup dalam kesulitan ekonomi. Setelah itu, ada tokoh yang mengajari masyarakat bertanam jambu mete dan kakao, kini sejumlah penduduk Muntigunung sudah mulai merasakan peningkatan ekonomi berkat dua jenis tanaman itu," katanya.

Inda mengharap bisa turut berkontribusi mengangkat derajat perekonomian masyarakat melalui kerja sama tersebut. Saat ini, produksi usaha coklatnya memang baru mencapai 5 ton per bulan. Apabila tahun depan pabrik sudah didirikan dengan mesin baru, maka kapasitas produksi bisa ditingkatkan hingga sembilan kali lipat.

"Kalau pabrik sudah didirikan, akan dibuka wisata coklat. Sebenarnya di kawasan Sunset Road sudah ada wisata coklat dalam konsep butik. Apabila sudah berdiri di Tabanan, wisatawan bisa melihat-lihat isi pabrik coklat dan bagaimana proses produksinya," ujar Inda.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement