Jumat 18 Dec 2015 09:31 WIB

Hari Ini Pasar Saham Indonesia akan Diramaikan oleh Aksi Ambil Untung

Rep: Risa Herdahita/ Red: Nidia Zuraya
Layar elektronik menunjukkan pergerakkan harga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Layar elektronik menunjukkan pergerakkan harga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melanjutkan perdangan di akhir pekan ini, Jumat (18/12), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak bervariasi. Penguatan IHSG akan diwarnai aksi ambil untung pelaku pasar.

"Adanya aksi ambil untung pelaku pasar menyusul kekhawatiran atas anjloknya harga minyak mentah dan sejumlah harga komoditas lainnya. IHSG diperkirakan bergerak di 4.520 hingga 4.610 cenderung koreksi," ungkap Anlis First Asia Capital (FAC), David Sutyanto, Jumat (18/12).    

Menurutnya, pasar saham kembali bergairah paska putusan the Fed menaikkan tingkat bunganya. Kenaikan suku bunga the Fed ini adalah pertama kali sejak 2006 sebesar 25 bp menjadi 0,5persen.

IHSG kemarin berhasil menguat hingga 72,511 poin atau 1,62 persen di 4.555,964. Hal ini seiring penguatan yang terjadi di pasar saham global dan kawasan Asia kemarin.

Nilai transaksi di Pasar Reguler meningkat mencapai Rp 4,07 miliar dan pembelian bersih asing melonjak hingga Rp 1,13 triliun. "Putusan kenaikan bunga the Fed tersebut sudah sesuai dengan perkiraan pasar dan sudah mencerminkan harga pasar saat ini sehingga pasar kembali melakukan pembelian.  Saham-saham perbankan, infrastrutur, dan konsumsi menjadi penopang penguatan IHSG kemarin," tuturnya.

Sementara tadi malam Wall Street terkoreksi menyusul kekhawatiran anjloknya harga minyak mentah dan sejumlah data ekonomi yang kurang menggembirakan. Indeks DJIA dan S&P masing-masing terkoreksi 1,43 persen dan 1,50 persen.

"Harga minyak mentah tadi malam di AS melanjutkan tren bearish koreksi 2,22 persen di 34,73 dolar AS per barrel. Saham sektor energi dan material menjadi pendorong koreksi indeks di Wall Street," ujar David.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement