REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah masih bertahan di atas Rp 14.000 per dolar AS pada Kamis (17/12). Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), kurs rupiah menguat tipis menjadi Rp 14.028 per dolar AS, dari hari sebelumnya Rp 14.050 per dolar AS.
Kurs rupiah belum bergerak signifikan setelah bank sentral AS, the Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi kisaran 0,25 persen-0,50 persen dari sebelumnya 0 persen-0,25 persen. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, kurs rupiah dalam tiga hari terakhir menguat meski tidak signifikan yakni Rp 14.076 per dolar AS pada 14 Desember, menjadi Rp 14.065 per dolar AS pada 15 Desember. Sementara, pada Rabu (16/12), kurs rupiah menguat tipis Rp 14.050 per dolar AS.
Dari data Bloomberg pada perdagangan Kamis (17/12), rupiah dibuka di level Rp 14.033 per dolar AS, menguat dari penutupan perdagangan hari sebelumnya Rp 14.070 per dolar AS. Kurs rupiah bergerak di kisaran Rp 13.999-Rp 14.064 per dolar AS.
Setelah kenaikan suku bunga the Fed, dolar AS menunjukkan pelemahan terhadap mata uang utama dunia. Indeks dolar AS, yang mengukur kurs terhadap enam mata uang utama, turun 0,28 persen menjadi 97,940 pada akhir perdagangan Rabu kemarin. Pada akhir perdagangan di New York, euro naik menjadi 1,0968 per dolar AS dari 1,0918 per dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,5054 per dolar AS dari 1,5043 per dolar pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,7253 dolar AS dari 0,7195 dolar.
Kurs dolar AS naik menjadi 121,89 per yen Jepang, lebih tinggi dari 121,76 per yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9835 per franc Swiss dari 0,9903 per franc Swiss, dan naik ke 1,3773 per dolar Kanada dari 1,3729 per dolar Kanada.