REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Insentif yang diberikan kepada industri perbankan Islam di Pakistan mulai menunjukkan hasil. Dalam lim tahun terakhir sejak 2010, aset perbankan syariah di Pakistan meningkat tiga kali lipat menjadi 14,3 miliar dolar AS yang dikontribusikan lima bank Islam.
Bank konvensional terbesar kedua di Pakistan, MCB Bank, sudah mengantongi izin regulator untuk mendirikan anak usaha syariah setelah otoritas keuangan Pakistan melonggarkan ketentuan modal disetor. Sementara, bank tertua di Pakistan, Allied Bank, juga berencana melakukan hal serupa dalam tiga tahun mendatang.
Mendorong bank-bank konvensional untuk masuk ke industri perbankan syariah adalah bagian rencana jangka menengah Pemerintah Pakistan untuk meningkatkan aset perbankan Islam menjadi 20 persen pada 2020 dari 11 persen saat ini.
Praktik lazim dengan menawarkan produk jasa keuangan syariah dari cabang-cabang konvensional sering menimbulkan penolakan dari masyarakat di sana.
"Ada elemen di mana nasabah Muslim jadi merasa bank Islam lebih 'bersih' dari unit usaha syariah yang dioperasikan bank konvensional," kata Direktur Eksekutif Riset Intermarke Securities Raza Jafri.
Ia menyatakan, dengan memiliki anak usaha syariah, bank dapat memasarkan produk syariahnya secara langsung dan membantu mereka melihat aneka kemungkinan.
"Menurunkan besaran modal disetor akan mendorong bank-bank konvensional, bahkan yang kecil, untuk mendirikan anak usaha syariah," kata analis senior Topline Securities Umair Naseer, seperti dikutip Bloomberg, belum lama ini.
Untuk makin menghidupkan industri perbankan syariah, otoritas perlu membangun kesadaran masyarakat.
Berdasarkan CIA World Factbook dengan sekitar 40 juta akun, pengguna jasa perbankan, baik konvensional maupun Islam, masih tergolong sedikit bagi negara dengan populasi 190 juta. Walaupun, 96 persen warga Pakistan adalah Muslim.
Aset perbankan Islam Asia Selatan kini sudah mencapi 14,3 triliun dari 1,5 triliun AS pada 2010. Terbatasnya ketersediaan obligasi dalam mata uang lokal yang sesuai syariah membuat opsi investasi bank-bank Islam juga terbatas pertumbuhannya.
Pemerintah Pakistan belum meluncurkan sukuk dalam rupee sejak Juni 2014 dan malah meluncurkan sukuk global senilai satu miliar dolar pada November 2014. Padahal, bulan sebelumnya Bank Sentral Pakistan (SBP) berencana kembali menerbitkan sukuk mengingat sukuk sebelumnya senilai 233,8 miliar rupee jatuh tempo pada 21 November.
''Tumbuh alaminya perbankan Islam butuh difasilitasi alat investasi,'' kata CEO Fortune Islamic Services Faraz Younus Bandukda. Menurutnya, Pemerintah Pakistan dan swasta harus bekerja sama menerbitkan sukuk.