Jumat 04 Dec 2015 19:50 WIB

BI Sebut Perdagangan dengan Yuan Lebih Efisien

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nur Aini
Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubenur di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (17/11).
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubenur di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (17/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Bank Indonesia akan memperkenalkan kepada dunia usaha dan investor untuk menggunakan mata uang yuan atau renminbi setelah IMF menetapkan yuan sebagai mata uang special drawing rights (SDR) atau mata uang global.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan, menyambut baik mata uang yuan yang masuk SDR. Sebab, hubungan dagang antara Indonesia dengan Cina cukup besar. Impor dari Cina ke Indonesia di kisaran 30 miliar dolar AS dan ekspor ke Cina sekitar 14 miliar dolar AS.

"Kalau sekarang yuan jadi mata uang internasional dan diterima jadi SDR akan membuat yuan jadi mata uang internasional. Kita paham ekspor impor Indonesia dengan Cina masih banyak dalam dolar AS," jelasnya kepada wartawan di kantor pusat Bank Indonesia Jakarta, Jumat (4/12).

Agus mengatakan, eksportir dan importir akan memahami mata uang yuan yang sudah menjadi SDR atau mata uang internasional yang bebas dimiliki masyarakat khususnya untuk perdagangan dan investasi. Meski demikian, dia menilai masih perlu adanya sosialisasi.

Nantinya, perdagangan Indonesia dengan Cina bisa menggunakan renmnibi dan rupiah. Hal itu akan membuat perdagangan lebih efisien. Sebab, selama ini, hubungan dagang antara Indonesia dengan Cina menggunakan dolar AS, artinya dari renminbi ke dolar AS baru ke rupiah.

Agus menilai, penetapan yuan menjadi SDR sudah pada waktu yang tepat. Sebab, dia melihat yuan adalah satu dari mata uang kuat dunia dan banyak negara yang menjadikan yuan sebagai cadangan devisa. Dia menyebutkan, ciri-ciri mata uang SDR ada dua, yakni menjadi mata uang untuk perdagangan ekspor impor, serta menjadi mata uang internasional yang bisa digunakan secara bebas di internasional.

"Saya sambut baik. Saya hargai hasil pembicaraan pimpinan Indonesia dan Cina, kita lihat ada kenaikan swap jadi 20 miliar dolar AS dari 15 miliar dolar AS. Itu besar," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement