Rabu 02 Dec 2015 16:17 WIB

Pengusaha akan Beralih Gunakan Yuan Cina

Red: Nur Aini
Karyawati menunjukkan mata uang Yuan di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (30/11).  (Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Karyawati menunjukkan mata uang Yuan di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (30/11). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani meyakini pengusaha-pengusaha domestik dan mitra dagang di Cina akan beralih menggunakan reinminbi atau yuan ketimbang dolar AS. Hal ini menyusul keputusan Dana Moneter Internasional (IMF) memasukkan yuan sebagai mata uang global.

Ia menilai internasionalisasi yuan juga dapat mendorong kinerja ekspor Indonesia. Hal ini karena permintaan Cina akan meningkat.  

"Dengan ketentuan ini, semuanya akan berubah, kebiasaan pengusaha juga akan beralih," ujarnya di Jakarta, Rabu (2/12).

Selama ini, menurut Hariyadi, dalam bertransaksi, para pengusaha Indonesia dan Cina belum menggunakan yuan. Mitra dagang dari Cina lebih memilih menggunakan dolar AS.

Selain memperbaiki kinerja perdagangan, peningkatan penggunaan yuan dalam transaksi finansial Indonesia juga akan mengurangi kerentanan gejolak yang ditimbulkan oleh menguatnya dolar AS.

"Portofolio perdagangan kita, tidak akan hanya menggunakan dolar AS. Itu baik bagi pasar finansial domestik," ujarnya.

Ketua Dewan Pertimbangan Apindo Sofjan Wanandi juga menilai pengusaha Indonesia dan Cina akan cepat beralih menggunakan yuan. Apalagi, antara Indonesia dan Cina sudah terjalin kesepakatan bilateral currency swap arrangement (BCSA) yang terus diperpanjang secara periodik.

Nilai BCSA antara dua negara juga telah ditambah menjadi 20 miliar dolar AS dari sebelumnya 15 miliar dolar AS.

"Sekarang, penggunaan yuan ini perlu terus disosialiasasikan ke pengusaha," kata dia.

Sebelumnya, Menko Perekonomian Darmin Nasution menilai pengukuhan yuan sebagai mata uang internasional tidak akan memberikan dampak positif dalam waktu dekat terhadap neraca perdagangan Indonesia. Manfaatnya, ujar Darmin, baru terasa di jangka menengah dan jangka panjang.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, Cina merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia. Nilai perdagangan antara kedua negara sepanjang Januari-September mencapai 32,8 miliar dolar AS. Namun, Indonesia mengalami defisit 10,5 miliar dolar AS. (Baca juga: Yuan Beri Peluang Perbaikan Neraca Dagang Cina-Indonesia)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement