REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) membuka peluang suku bunga acuan BI (BI rate) untuk turun. Peluang ini mungkin terjadi usai Giro Wajib Minimum (GWM) turun dari 8 persen ke 7,5 persen.
Dalam hal ini, Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara membandingkan kondisi yang terjadi di Indonesia dengan di Cina. Menurutnya, People Bank of Cina (PBoC) sebelum menurunkan suku bunga-nya, mereka lebih dulu menurunkan GWM beberapa kali.
Ia menjelaskan, ekonomi Cina yang tadinya tumbuh 10-12 persen, tahun depan diperkirakan hanya akan tumbuh 6.3 persen. Cina pun sudah melakukan stimulus moneter sejak beberapa bulan lalu.
"Itu namanya pelonggaran. Cina melihat pertumbuhan ekonominya yang dia inginkan coba turunkan menjadi 7,5 persen ternyata turun terlalu dalam menuju ke bawah 7 persen, ia kemudian melakukan pelonggaran kebijakan moneter, ia menurunkan GWM beberapa kali baru menurunkan suku bunga," jelas Mirza, di Jakarta, Kamis (20/11).
Memang, ia akui saat ini belum terlihat dampak terhadap pemulihan ekonomi Cina. Namun, yang ditunggu adalah stabilisasi ekonomi di sana.
"Memang kalo ini masih turun berdampak pada komoditas price dan ini berdampak pada ekspor kita juga beberapa negara lain. Tapi suatu saat nanti (stimulus ekonomi di Cina) akan berpengaruh," lanjutnya.