Selasa 17 Nov 2015 10:30 WIB

OJK: Pasar Modal Indonesia Masih di Kelas Menengah

Rep: Risa Herdahita/ Red: Nidia Zuraya
Bursa Efek Indonesia
Foto: Andika Wahyu/Antara
Bursa Efek Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kondisi pasar modal Indonesia di tingkat ASEAN masih belum yang terbaik. Padahal Indonesia akan mulai memasuki era integrasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir 2015 nanti.

"Dalam hal ini yang kita perlu lihat jika negara akan bergabung dengan utuh dalam suatu integrasi adalah kesiapan negara untuk masuk integrasi itu," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nurhaida, di Jakarta, Senin (16/11).

Di ranah pasar modal, kata dia, ada beberapa hal untuk mempersiapkan diri memasuki era integrasi itu. Integrasi, Nurhaida menjelaskan, pada dasarnya adalah bentuk kompetisi dalam arti positif. "Kompetisi ini menentukan pengembangan suatu market," lanjutnya.

Di sini, ia menambahkan, penting untuk dipahami pasar modal Indonesia kenyataannya berada di posisi menengah. Itu setelah negara-negara ASEAN dibagi dua dalam kelompok besar.

"Singapura, Malaysia, Thailand, Idonesia, dan Filipina kita anggap masuk dalam kategori more advance. Satu kelompok lagi kita anggap jika mereka perlu bergabung dalam integrasi ini mereka belum punya perkembangan yang sesuai," paparnya.

Keadaan antara dua kelompok besar itu sungguh berbeda. Sejauh ini, Malaysia memiliki jumlah emiten terbanyak, yaitu 914 emiten. Sementara Indonesia 571 emiten, di bawah Thailand yang sebesar 640 emiten. Berikutnya Filipina 263 emietn, sedangkan Singapura 771 emiten.

Dibanding itu, emiten di Laos hanya ada empat. Bahkan Burnei Darussalam belum memiliki emiten.

"Tidak bisa dipaksakan semua negara terintegrasi di akhir 2015 ini, yang kita lihat bagaimana upayanya Indonesia bisa siap masuk era integrasi ASEAN itu," ungkapnya.

Baca juga: Dua Perusahaan Indonesia Dapat Predikat Terbaik di Asia Tenggara

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement