REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak mentah didorong lebih tinggi pada Senin (16/11) atau Selasa (17/11) pagi WIB, setelah jet-jet tempur koalisi pimpinan AS menargetkan operasi minyak kelompok ISIS dalam serangan balasan pasca serangan mematikan di Paris.
Patokan harga minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, naik 1,00 dolar AS menjadi menetap di 41,74 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara harga minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari naik sembilan sen menjadi ditutup pada 44,56 dolar AS per barel di perdagangan London.
Serangan mematikan pada Jumat (13/11) lalu di Paris, yang telah diklaim dilakukan oleh ISIS, memicu ekspektasi meningkatnya konflik di wilayah Suriah-Irak yang menimbulkan beberapa ketakutan bisa mengganggu produksi minyak. "Pasar telah membalikkan kebijakan secara mendadak tentang tentang kekhawatiran atas kelebihan pasokan dan kerusakan permintaan," kata Phil Flynn dari Price Futures Group.
"Ada laporan bahwa AS kini menargetkan tanker-tanker minyak dan fasilitas minyak ISIS dan yang pasti memberikan pasar sedikit dukungan," katanya.
Baca juga: Prancis Lakukan Serangan Balas Dendam
Tapi analis Phillip Futures Daniel Ang mengatakan kenaikan harga dipicu oleh ketegangan geopolitik yang hanya akan berlangsung untuk jangka pendek. "Untuk jangka panjang, penggerak utama harga adalah pasokan danpermintaan global, dan karena membanjirnya pasokan akan menjadi sedikit lebih sulit untuk harga bergerak naik lebih banyak lagi," tuturnya.
Harga minyak telah merosot lebih dari setengahnya sejak mencapai puncaknya di atas 100 dolar AS per barel pada pertengahan 2014, karena kelebihan pasokan dan pelambatan ekonomi global, terutama pengguna energi utama Cina.
Baca juga: Putin Ungkap Negara-Negara Donatur ISIS