REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Forum Ekonomi Dunia Islam (WIEF) ke-11 di Kuala Lumpur, Malaysia, menyatakan prihatin bahwa ekonomi sejumlah negara yang berpenduduk mayoritas Muslim masih mengkhawatirkan, khususnya akibat konflik yang berkepanjangan, baik internal maupun eksternel (dengan negara-negara lain).
"Sebagian negara Islam, khususnya yang berada di Timur Tengah seperti Irak, Suriah, Libya, dan Yaman menghadapi masalah ekonomi yang sulit akibat konflik yang berkepanjangan," kata tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU), KH Misbahus Salam kepada pers di Jakarta, Senin (9/11).
KH Misbah mengemukakan keterangan tersebut ketika menjelaskan hasil keikutsertaanya dalam Konferensi Internasional WIEF ke-11 yang berlangsung di Kuala Lumpur pada 3-5 November 2015.
Perhelatan WIEF ke-11 dihadiri 23 kepala negara atau kepala pemerintahan dan pejabat tinggi dari negara-negara mayoritas Muslim seperti Bosnia, Azarbaijan, Ghana, dan negara-negara Timur Tengah. Tercatat 3.069 anggota delegasi dari 98 negara Islam dan 253 pelaku ekonomi dunia hadir dalam forum tersebut.
Menurut KH Misbah, sebagian besar negara di Timur Tengah menghadapi masa sulit akibat konflik berkepanjangan. Konflik berdarah itu mengakibatkan jutaan umat mengungsi. Sebanyak 90 persen dari 60 juta total pengungsi penduduk dunia saat ini adalah umat Islam.
Dalam hubungan itu, Bank Pembangunan Islam (IDB) berupaya bekerja sama dengan berbagai pihak untuk membantu penyelesaian krisis kemanusiaan di negara-negara tersebut. Dalam waktu dekat konferensi kemanusiaan internasional akan digelar di Turki yang mengagendakan resolusi konflik danpascakonflik, khususnya di negara-negara yang mayoritas berpenduduk Muslim.
Sementara itu PM Malaysia Najib Razak dalam sambutannya mengatakan, WIEF bukan forum debat politik serta tidak terperangkap dalam gerakan Islam radikal. "Forum ini membicarakan kerja sama ekonomi serta merupakan alat atau perantara untuk mewujudkan kemajuan pembangunan ekonomi dan merapatkan jurang antara Dunia Islam dan bukan Islam," kata KH Misbah mengutip PM Malaysia.
Ia menambahkan, WIEF ke-11 menyimpulkan beberapa agenda penting, di antaranya penguatan lembaga finansial Islam, perlunya mendorong pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta pembiayaan syariah untuk industri kecil dan menengah di negara-negara Islam.