Rabu 28 Oct 2015 15:43 WIB
Usaha Rakyat

Inspirasi Bisnis Kue Kering Berbahan Ganyong dari Nanamie

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nur Aini
Bagelen Ganyong rasa blueberry buatan Nanamie
Foto: dok.pri
Bagelen Ganyong rasa blueberry buatan Nanamie

REPUBLIKA.CO.ID, Kue kering jenis bagelen merupakan kuliner yang akrab di lidah orang Sunda. Di tangan Siti Solihah, kue khas yang dioles dengan roombutter itu tak lagi hanya dikenal orang Sunda. Kue bagelen buatan Ely, sapaan akrabnya, mampu menembus pasar Singapura.

Bagelen buatan Ely istimewa. Sebab, bahan baku pembuatannya menggunakan ganyong, yakni tepung khas pengganti terigu yang terbuat dari tanaman umbi, seperti talas. Tepung itu membuat bagelen buatannya menjadi lebih renyah, lembut, dan menyehatkan. 

Bagelen buatan Ely memiliki varian rasa, di antaranya blueberry, keju, durian, pisang, mangga, tiramisu, cokelat, original, pizza, dan oreo. Dengan mengusung brand "Nanamie", bagelen ganyong Ely dibuat tak sekadar untuk hobi. Ia ingin turut menjaga warisan leluhur lewat dunia kuliner. Di samping itu, baginya amat penting mempromosikan bahan baku alternatif tepung ganyong dalam upaya diversifikasi pangan. Konsistensinya menggeluti usaha bagelen ganyong berbuah manis. Setiap bulan, ia kini dapat meraup laba hingga Rp 50 juta.

Bisnis kue dan pastry yang digeluti Ely dimulai sejak 13 Mei 2001. Namun, kala itu ia belum memproduksi bagelen ganyong. Sejak muda, ia senang bereksperimen membuat kue basah. Lantas, hobinya itu mulai ia jadikan peluang bisnis. Kue basah buatannya, ia jajakan dari rumah ke rumah, mendatangi kantor ke kantor, serta menitipkannya dari warung ke warung.

Bermodal Rp 500 ribu dari uang suami, Ely memulai usaha kue. Uang tersebut ia gunakan untuk kebutuhan produksi kue, di antaranya membeli mikser dan oven. "Mikser waktu itu harganya Rp 75 ribu, beli ovennya satu buah, juga beragam loyang," katanya. Ia pun menamakan brand bisnisnya dengan nama "Nanamie" untuk mengabadikan nama dua anak tercintanya dalam bisnis, yakni Nana dan Remi.

"Orang-orang pada nyoba dan suka dengan kue buatan saya, pada pesan lagi, terus begitu," tuturnya kepada Republika, belum lama ini.  Bahkan, pada 2004, ia mendapat pesanan besar dari salah satu perusahaan untuk acara khitanan massal. Dari sana, ia mendapat laba Rp 7 juta, yang kemudian ia belikan mikser ukuran besar. Uang laba terus diputarnya untuk membeli perlengkapan membuat kue skala besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement