Selasa 27 Oct 2015 09:25 WIB

OJK Harapkan Bank Syariah Terlibat Pembiayaan Berkelanjutan

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Pembiayaan syariah
Pembiayaan syariah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan perbankan syariah bisa teribat dalam pembiayaan berkelanjutan (sustainable financing). Sebab, model pembiayaan ini sangat sesuai dengan nilai dasar keuangan Islam yang mensejahterakan dan ramah lingkungan.

Deputi Komisioner Pengawas Perbankan 1 OJK Mulya E Siregar menyatakan, pembiayaan berkelanjutan beda tipis karakternya dengan keuangan Islam. Keduanya sama-sama harus bermanfaat untuk masyarakat, menguntungkan, dan tidak merusak lingkungan.

Salah satu yang masuk dalam kategori pembiayaan berkelanjutan adalah pertanian organik. 2016 mendatang rencananya OJK akan melakukan proyek percontohan pembiayaan berkelanjutan dengan kelompok petani Serambi Petani Indonesia di Bandung.

''Pertanian organik bisa dibiayai dengan pendekatan itu. Karena pertanian organik tidak berdampak negatif secara sosial, hasil pertaniannya menyehatkan, ramah lingkungan dan punya profit,'' ungkap Mulya baru-baru ini.

Meski, arahan di luar paket stimulus yang sudah disiapkan, namun program ini sudah dijadwalkan. OJK bersama WWF juga tengah memberi pelatihan kepada pejabat bank-bank syariah agar mau ikut dalam pembiayaan berkelanjutan itu.

Pelatihan ini, kata Mulya, juga mencakup soal pembiayaan energi baru dan terbarukan. Ada 18 bank yang ikut dalam pelatihan ini, termasuk beberapa bank syariah besar.

OJK berusaha mendorong bank untuk mendukung sektor-sektor padat karya seperti pertanian, pertambangan dan infrastruktur. Penyaluran terbesar pembiayaan perbankan syariah ke perdagangan dengan pangsa 19,51 persen. Sementara sektor padat karya seperti pertanian, pertambangan, dan infrastruktur, pangsanya masih kurang dari enam persen.

Dari data perbankan syariah OJK per Juni 2015, pembiayaan terbesar disalurkan ke sektor jasa usaha sebesar Rp 70,270 triliun serta perdagangan, restoran dan hotel mencapai Rp 26,810 triliun. Sementara permbiayaan sektor pertanian sebesar Rp 7,228 triliun, pertambangan Rp 5,177 triliun, serta air, gas dan listrik Rp 5,828 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement