Jumat 23 Oct 2015 00:15 WIB

Suku Bunga Kredit BRI Berpeluang Turun

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nur Aini
Direktur Utama Bank BRI, Asmawi Syam (kanan) serta Wakil Direktur Utama Bank BRI, Sunarso (kiri) memberikan paparan kinerja triwulan III tahun 2015 Bank BRI di Gedung BRI Jakarta, Kamis (22/10).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Direktur Utama Bank BRI, Asmawi Syam (kanan) serta Wakil Direktur Utama Bank BRI, Sunarso (kiri) memberikan paparan kinerja triwulan III tahun 2015 Bank BRI di Gedung BRI Jakarta, Kamis (22/10).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyatakan adanya peluang untuk menurunkan suku bunga kredit.

Saat ini, posisi suku bunga dasar kredit (SBDK) Bank BRI sebesar 10,75 persen. Untuk SBDK ritel 11,50 persen, SBDK mikro 19,25 persen, SBDK konsumsi 10,25 persen, dan SBDK non KPR sebesar 12,5 persen.

Wakil Direktur Utama BRI, Sunarso, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) turun menjadi 8,08 persen pada kuartal III 2015 dari 8,78 pada kuartal III 2014. Menurutnya, penurunan NIM tersebut bukan karena BRI meningkatkan suku bunga kredit melainkan perbaikan struktur pendanaan. Rasio dana murah (giro dan tabungan atau CASA) ditingkatkan, sedangkan biaya dana (cost of fund) diturunkan. 

"Kalau cost of fund turun ada peluang turunkan suku bunga kredit," jelasnya dalam paparan kinerja di kantor pusat BRI Jakarta, Kamis (22/10).

Ke depan, Bank BRI berupaya memperbaiki NIM tanpa membebani nasabah. Sunarso menyebutkan, cara menumbuhkan NIM bisa dengan menaikkan suku bunga kredit dan cost of fund tetap, atau sebaliknya. Dalam kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian, ia menilai yang diwaspadai adalah kualitas kredit. Sehingga, bank tidak akan menaikkan suku bunga kredit. Di sisi lain, pemerintah mendorong nasabah menengah ke bawah diberi bunga murah.

"Kalau kita mau kejar target NIM seperti tahun lalu, yang kita pilih tidak menaikkan suku bunga kredit untuk menjaga kualitas. Kita pilih menurunkan cost of fund, sehingga NIM tidak sefantastis tahun lalu," ungkapnya. 

Sunarso menambahkan, BRI masih punya ruang untuk tumbuh dan ekspansi tahun depan karena rasio kecukupan modal (CAR) dan rasio kredit terhadap DPK (LDR) masih cukup baik, di posisi 20,6 persen untuk CAR. Sedangkan LDR di posisi 84,9 persen pada kuartal III 2015. Bank juga akan melakukan efisiensi struktur pendanaan, sehingga peluang untuk menurunkan bunga kredit sangat terbuka tanpa harus menurunkan laba. 

Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo menambahkan, pertumbuhan kredit yang di bawah pertumbuhan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII), artinya komposisi dan kualitas aset lebih bagus. Kredit BRI tumbuh 11,8 persen (yoy) pada kuartal III-2015, sedangkan NII tumbuh 16,12 persen. Di sisi lain, CAR BRI terus meningkat, sehingga punya modal lebih besar untuk ekspansi. "Kita siap untuk itu, ekspansi organik dan anorganik kita siap tahun depan," jelasnya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement