REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pasar keuangan Norico Gaman menyarankan suku bunga kredit perbankan di dalam negeri diturunkan sehingga dapat mendorong daya beli konsumen, seperti di sektor otomotif dan properti.
"Penurunan suku bunga bank akan bagus untuk konsumen karena penurunan suku bunga merefleksikan potensi adanya peningkatan daya beli konsumen, misalnya di sektor otomotif dan properti. Dengan kredit perbankan yang turun ini, akan lebih banyak pelanggan yang menggunakan fasilitas pinjaman," ujar Norico Gaman yang juga Head of Research BNI Securities di Jakarta, Jumat (17/10).
Menurut dia, suku bunga perbankan yang turun juga akan berdampak positif dalam mengurangi potensi kemungkinan terjadinya kredit macet. Apalagi, kalau suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) juga diturunkan karena situasi itu akan menurunkan suku bunga deposito yang membuat perhitungan biaya dana (cost of fund) menjadi lebih rendah.
Kendati demikian, dia mengakui bahwa untuk menurunkan suku bunga perbankan dibutuhkan perhitungan yang cukup panjang karena jangan sampai kebijakan itu mempengaruhi kinerja bank ke depan.
"Hal ini karena perbankan akan sangat memperhatikan kondisi ekonomi dan operasional perbankan itu sendiri, saat ini hanya bank yang paling efisien mampu menurunkan suku bunganya. Kita berharap ke depannya suku bunga perbankan bisa turun apabila sudah bisa melakukan efisiensi secara internal di tengah kondisi ekonomi yang belum kondusif," katanya.
Namun, menurut Norico Gaman, untuk saat ini yang harus diperhatikan, yakni langah-langkah antisipatif dari kebijakan Bank Indonesia agar lebih mengakomodasi pertumbuhan ekonomi ke depan. "Jadi, yang paling utama adalah BI menjaga jangan sampai terjadi inflasi yang tinggi sehingga dapat menjaga daya beli konsumen, setelah itu menjaga stabilitas nilai tukar," katanya.