REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli mengungkapkan ada praktik-praktik kecurangan di masa lalu yang bisa memperpanjang kontrak karya Freeport sampai saat ini. Dalam rapat dengan DPR pada Selasa (13/10), ia mengungkapkan rahasia Freeport yang membuatnya menolak bertemu bos perusahaan asal AS itu.
Saat rapat tersebut, salah satu anggota Banggar sempat bertanya: "Pak, omongan Bapak memang bagus. Tapi yang penting aksinya. Sekarang coba begini, kalau poin poin tadi Freeport tidak mau lakukan, Bapak mau apa?"
Sesaat terdiam, Rizal kemudian bercerita tentang pengalamannya di era 2000-an ketika dia masih menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
"Tahun 2000 Jim Moffet (Bos Freeport di AS) ketemu saya minta renegosiasi. Kami bilang presiden, dan saya ditunjuk sebagai ketuanya. Begitu duduk saja, Moffet langsung bilang kalau 'we are ready to pay 3 billion dollar AS'. Tapi tolong lupakan sejarah masa lalu. Dia bersedia bayar 3 miliar dolar AS.
Saya minta Dr Arif Ariman almarhum untuk presentasikan soal Freeport. (Intinya) daging dan sumsumnya (bisnis Freeport) mengalir ke McMorran (di AS). Akhirnya saya bilang, Jim 3 miliar dolar AS bagi Anda cukup. Saya minta 5 miliar dolar AS plus renegosiasi soal limbah, royalti, dan lainnya. Namun karena harus mendapat persetujuan dari komisaris, Saat itu dia (Jim) harus bawa ke Denver untuk minta persetujuan.
Begitu suasana lebih enak, dia ngajak ke Colorado, naik pesawat jet pribadi. Saya tidak mau. Sampai dia cium tangan saya dan minta maaf.
Kalau dia mau ketemu saya sekarang, tentu saya tolak. Karena kalau saya buka apa yang terjadi tahun 80an bisa masuk court system di AS.
Ini orang yang ditakuti di Indonesia. Tapi kalau kita firm dan tidak gampang diperas saya yakin dia menyerah. Karena kalau kita buka apa yang terjadi dipertengahan 80an, saya sih optimis."