REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ditekan embargo Barat, kemandirian disebut jadi kunci Iran tetap bertahan.
Anggota parlemen dan ahli ekonomi Islam Iran, Mesbahi Mughaddam menjelaskan, pada 1979 saat pemerintahan boneka Barat di Iran digulingkan, muncul pemerintahan baru. Masyarakat juga punya hasrat kuat mengimplementasikan syariah.
Banyak nyawa berkorban untuk itu. Mereka adalah modal utama merebut dan mempertahankan revolusi. Mughaddam menyadari, kemandirian politik Iran sedang disorot dunia. Kemandirian politik adalah modal utama sebuah negara.
"Dulu Iran adalah boneka AS. Saat revolusi, itu diputus. Intervensi dilakukan media barat agar masyarakat meninggalkan semangat revolusi," kata Mughaddam dalam seminar komparasi perbankan Islam di Indonesia dan Iran, di STIE Ahmad Dahlan, Sabtu (10/10).
Semangat revolusi tetap kuat karena adanya kepercayaan kepada ulama. Sistem pengawasan pemerintah oleh ulama bisa diterima masyarakat.
Intervensi asing jadi tidak berpengaruh saat saintis, profesional dan masyarakat bekerja sama mempertahankan semangat revolusi. "Ulama juga mengembuskan semangat kemandirian sehingga intervensi Barat tak pengaruh," ungkapnya.
Di awal revolusi, kaum liberal dan kapital coba menunggangi revolusi. Mereka melakiman penetrasi dalam pemerintahan. Dengan turun tangannya ulama, mereka mundur.
Mughaddam mengatakan, praktik penerapan syariah di Iran tidak top down, tapi bottom up, masyarakat yang meminta hidup mereka dibimbing syariah Islam. Buktinya, lanjut Mughaddam, bisa dilihat dalam perkembangan nuklir yang tak lepas dari konsultasi pemimpin negara dengan ulama.