REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Indonesia melalui Kementerian Ketenagakerjaan menyatakan siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai pada akhir 2015. MEA dinilai memiliki dampak positif bagi Indonesia, di antaranya memberikan peluang bagi perluasan pasar bagi produk dan jasa Indonesia.
“MEA juga membuka lapangan kerja bagi tenaga kerja terampil Indonesia,” ujar Kepala Subdirektorat Pengembangan Standar Kompetensi, Kementerian Ketenagakerjaan, Muchtar Azis, di Bogor, Kamis (8/10).
Kesiapan Indonesia didukung oleh 56,6 persen populasi masyarakat Indonesia yang masuk dalam kategori middle class. Hal itu membawa Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar di ASEAN dan merupakan satu-satunya anggota G20 di ASEAN.
“Indonesia menempati ranking 38 dari 148 negara dalam global competitiveness index. Terlebih 60 persen penduduk Indonesia saat ini berusia muda sehingga demographic dividend akan dinikmati pada 2020 hingga 2030,” jelas Muchtar.
Meski demikian, tambah dia, Indonesia masih membutuhkan lebih banyak tenaga kerja terampil. Sebab, menurut data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) per Mei 2015, 75,78 juta tenaga kerja Indonesia memiliki pendidikan rendah.
Muchtar menambahkan, Kementerian Ketenagakerjaan memiliki program peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pelatihan kerja. Program tersebut sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
“Target usia kerja dalam program pelatihan kerja adalah 15 sampai 64 tahun,” kata dia.
Tenaga kerja terampil tidak hanya diperlukan untuk menyongsong MEA, tapi juga agar masyarakat Indonesia bisa bekerja dengan produktif. Sehingga tenaga kerja Indonesia bisa meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan tempat bekerja dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.