Kamis 08 Oct 2015 16:12 WIB

Para Pengusaha Senior Ini Berbagi Tips Hadapi Ekonomi yang Lesu

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Investasi (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf
Investasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah sepertinya masuk pada keseimbangan baru, rupiah berada pada kisaran Rp 14.000 per dolar AS. Menghadapi hal ini, sudah tentu banyak pebisnis yang harus menata ulang lagi perusahaannya.

Bahkan tidak hanya itu, tidak sedikit perusahaan yang terpaksa merumahkan karyawannya atau bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya. Hal itu terjadi menyusul penurunan daya beli masyarakat, sehingga produk-produk atau jasa yang dihasilkan oleh para pebisnis tidak terserap dengan baik oleh pasar.

Sebagai pengusaha, bagaimana seharusnya menyikapi kondisi perekonomian saat ini. Berikut sejumlah tips yang diberikan oleh para pengusaha senior nasional.

Presiden Direktur Sritex, Iwan Setiawan Lukminto menyebutkan, untuk mengantisipasi masalah yang ada saat ini, pihaknya melakukan diversifikasi baik produk, konsumen maupun negara tujuan ekspor. Selain itu Sritex juga berusaha untuk mengetahui apa yang pasar butuhkan. Iwan menambahkan, jika pelemahan bisnis juga terjadi di berbagai negara.

Sementara mantan Menteri BUMN yang juga pengusaha Dahlan Iskan mengingatkan bahwa kesulitan tidak akan berlangsung selamanya, untuk itu perusahaan diharapkan tetap memelihara tim yang sudah terbentuk dengan baik.

Dikatakan Dahlan, tim yang baik merupakan sesuatu yang sangat tidak ternilai harganya, sehingga harus diusahakan jangan sampai bubar. Bagi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan akan lebih baik bila melakukan pemeliharaan alat atau melakukan pelatihan-pelatihan bagi anggota timnya.

"Masa sulit juga merupakan kesempatan bagus bagi perusahaan untuk melakukan instropeksi diri. Pimpinan perusahaan juga harus mampu mengumpulkan informasi terkini dari bawahan atau manager yang berada dilapangan," ujar Dahlan.

Untuk itu, lanjut Dahlan, direksi harus jujur kepada para manajer mengenai kondisi perusahaan, dan tidak perlu merasa lebih pintar, ataupun lebih hebat dari bawahan. Dahlan menyebut, para direksi atau pimpinan juga harus mampu menjaga semangat tim.

Sedangkan Presiden Direktur Supra Boga Lestari, Nugroho Setiadharma menyebutkan krisis jangan dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan, melainkan sesuatu yang harus dikelola. Nugroho menjelaskan bahwa sektor makanan retail seharusnya merupakan sektor yang paling terakhir terkena dampak dari krisis, namun untuk krisis kali ini juga menyentuh sektor ritel makanan, sehingga volume penjualan mengalami penurunan, namun untungnya belum dirasakan oleh Supra Boga Lestari yang membidik pasar kelas atas.

Nugroho menambahkan, masa krisis juga merupakan sebuah ujian bagi perusahaan untuk mengingat kembali misi awal perusahaan. Sebagai contoh jika misi awalnya adalah membidik pasarkelas atas, maka perusahaan jangan sampai menurunkan kualitas produk yang dijualnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement