REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan produk Indonesia akan tetap kompetitif meskipun belum bergabung dengan Trans Pacific Partnership (TPP) atau kerja sama perdagangan bebas Trans-Pasifik. Sebab, setiap negara memiliki produk andalan ekspor yang berbeda-beda.
Contohnya adalah persaingan ekspor antara Indonesia dan Malaysia ke Amerika Serikat (AS). Menurut dia, komponen ekspor Indonesia dan Malaysia banyak yang tidak sama. Sehingga, hal tersebut tidak akan terlalu mengganggu kinerja ekspor Indonesia meskipun Malaysia dan AS sama-sama menjadi anggota TPP yang akan diuntungkan dengan pemangkasan tarif perdagangan seperti tarif bea masuk.
Sasmito menjelaskan, Indonesia kebanyakan mengekspor hasil industri mesin mekanik, alumunium, batu bara, tekstil, pakaian jadi. "Tapi, Malaysia lebih banyak mengekspor hasil industri mesin listrik. Komponen ekspor banyak yang berbeda," kata Sasmito kepada Republika, Rabu (7/10).
Meski begitu, Sasmito memandang bahwa Indonesia juga akan memiliki keuntungan jika bergabung dengan TPP. Sebab, penurunan tarif akan mendorong naiknya aktivitas perdagangan antarnegara. "Ekspor maupun impor akan naik dan berarti membantu pertumbuhan ekonomi dari sisi perdagangan internasional," ujarnya.
Berdasarkan data BPS, nilai ekspor Indonesia sepanjang Januari-Agustus 2015 mencapai 102,52 miliar dolar AS atau menurun 12,70 persen dibanding periode sama tahun 2014.
Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai 10,3 miliar dolar AS pada periode Januari-Agustus 2015. Selanjutnya diikuti Cina senilai 8,8 miliar dolar AS dan Jepang 8,7 miliar dolar AS. AS dan Jepang sudah sepakat untuk bergabung ke dalam TPP.