Rabu 07 Oct 2015 11:47 WIB

Waspadai Peningkatan Pengangguran dan Kemiskinan Akibat PHK

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Nur Aini
Buruh desak Setop PHK
Foto: Mardiah
Buruh desak Setop PHK

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Fraksi Nasdem MPR RI M Luthfi A Mukti mengatakan, krisis ekonomi yang dialami  Indonesia akhir-akhir ini sudah memberikan dampak yang sangat besar. Salah satunya adalah terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran. 

Menurutnya, ribuan karyawan sudah mendapat PHK dari perusahaannya secara sepihak, tanpa  dialog dan mediasi. Kondisi ini, kata Luthfi, dipastikan akan menyebabkan bertambahnya angka kemiskinan. Kondisi itu juga akan menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran. 

Krisis ekonomi, kata Luthfi, bukan hanya dialami Indonesia tapi juga dunia internasional. Bahkan, krisis ini menyebabkan Yunani menjadi negara gagal karena tidak mampu menyelesaikan kewajibannya. 

Untungnya, lanjut dia, kondisi ekonomi dalam negeri Indonesia masih cukup baik, sehingga pengaruh krisis ekonomi masih bisa tertahan. Kalau tidak, maka pengaruh krisis ini akan terasa semakin berat. 

"Rasio utang kita terhadap PDB sekitar  25 sampai 30 persen. Angka sebesar itu masih cukup sehat. Dibanding  ada sebuah negara yang rasio  utang dan PDBnya mencapai 170 persen. Itu artinya seluruh pendapatan negara itu habis untuk membayar utang,'' kata Luthfi, saat membuka Seminar Sehari Fraksi Partai Nasdem MPR RI yang berlangsung di Hotel Mega Anggrek Jakarta, Rabu (7/10). 

Dibanding  1999, Luthfi menyebutkan krisis yang menimpa Indonesia saat ini terasa sulit. Penyebabnya, krisis yang terjadi juga dirasakan berbagai negara di dunia.  Selain itu, depresiasi terhadap rupiah tidak bisa dimanfaatkan oleh sektor pertanian seperti yang terjadi pada 1999. 

Ketika itu, nilai tukar rupiah turun, banyak petani mendapat untung lantaran berbagai komoditas pertanian terjual dengan mata uang dolar AS. 

"Saat ini harga komoditas pertanian, seperti kakao, karet hingga sawit tidak ikut mengalami kenaikan harga. Bahkan komoditas tersebut tidak laku dijual dinegara-negara tujuan ekspor, lantaran negara tujuan ekspor juga tengah dilanda krisis,'' jelas Luthfi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement