REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH – Keuangan syariah pada tahun depan diprediksi tumbuh moderat. Menurut Standard & Poor Ratings Services (S&P) ada beberapa faktor utama yang membentuk pertumbuhan dan tren industri keuangan syariah.
Saat ini, turunnya harga minyak dan suku bunga mendatangkan dampak negatif bagi sebagian besar negara. Namun, hal tersebut dapat diimbangi dengan kemajuan dalam standardisasi produk keuangan syariah yang bisa menarik pemain baru. Industri keuangan syariah yang sedang tren saat ini diharapkan mampu meningkatkan peran regulasi guna mendukung pengembangan pasar.
Direktur S&P kawasan Timur Tengah, Stuart Anderson mengatakan langkah industri terhadap standardisasi produk keuangan syariah telah dipercepat selama beberapa tahun terakhir. “Standardisasi yang lebih tinggi dapat membantu dalam menarik pemain baru,” ujarnya seperti dikutip dari saudi gazette, Senin (5/10).
Kepala Global untuk Keuangan Syariah S&P, Mohamed Damak berujar biar bagimanapun di negara lain, keuangan syariah terus meningkat signifikan. “Bahkan etika perbankan syariah bisa merayu klien yang berada di luar jangkauannya,” ucapnya. Namun sayang, kemajuan keuangan syariah di negara-negara nonmuslim telah terhenti sejak tahun lalu, terutama karena hambatan regulasi dan tingkat suku bunga rendah yang membuat sumber pendanaan lain lebih menarik.
Ia memprediksi saat ini aset yang dimiliki lembaga keuangan syariah di seluruh dunia sekitar 2 triliun dolar AS. Aset tersebut diperkirakan meningkat menjadi 3 triliun dolar AS dalam beberapa tahun ke depan. “Kami berharap laju pertumbuhan keuangan syariah akan moderat pada 2016 dibandingkan kemajuan selama beberapa tahun terakhir, terutama karena lingkungan ekonomi saat ini kurang mendukung dua mesin pertumbuhan utama industri yaitu Malaysia dan kawasan Teluk,” ujar Mohamed.