REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah diminta hati-hati dengan ancaman krisis pangan akibat salahnya pengambilan kebijakan atas dasar sata yang tidak akurat. Stok beras yang rendah di akhir tahun dan ancaman El Nino juga bisa memperparah kondisi.
Guru Besar Fakultas Pertanian IPB Dwi Andreas Santosa mengaku kecewa dengan pernyataan pemerintah dan hasil ARAM I yang menyebut produksi padi nasional akan naik 6,64 persen atau setara tiga juta ton beras pada 2015 ini.
Jagung dan kedelai juga diprediksi meningkat masing-masing 8,72 persen dan 4,59 persen. Angka ini pun diklaim sudah dengan perhitungan dampak El Nino. Atas ini, Kementerian Pertanian memberi rekomendasi penghentian impor beras dan pada 2015 karena adanya surplus.
''Surplus dari mana? Sama seperti 2014 saja sudah syukur. Tidak pernah tiga komoditas ini meningkat bersamaan dalam satu tahun,'' kata Dwi Andreas dalam diskusi dampak El Nino terhadap pangan belum lama ini.
Di lapangan, produksi padi, jagung dam kedelai diperkirakan akan sama seperti 2014 dan dikhawatirkan lebih rendah. Jika benar, ada mark-up data produksi pertanian nasional. Padahal, data ARAM I sangat penting untuk menyusun kebijakan pangan di tahun berjalan.
''Kalau pemerintah diam saja, khawatir ada apa-apa,'' kata dia.
Keadaan ini bisa memicu krisis pangan di akhir 2015 yang berlanjut hingga 2016.