REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia menilai wacana penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium oleh pemerintah, harus diperhitungkan dengan tepat.
"Kalau memang hitung-hitungannya sudah memungkinkan untuk diturunkan, silakan diturunkan. Tetapi jangan diturunkan saat hitung-hitungannya belum memungkinkan untuk diturunkan. Nanti yang malah terjadi ada sedikit penurunan tetapi kita kehilangan kepercayaan dan kredibilitas," kata Gubernur BI Agus Martowardojo saat ditemui di kantor pusat BI, Jakarta, Jumat (2/10).
Agus kembali mengingatkan saat pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM pada November 2014 lalu. Menurutnya, reformasi subsidi BBM dilakukan saat itu mencerminkan kondisi ekonomi yang lebih sehat. Dia berharap, wacana penyesuain harga BBM kali ini yang perlu diperhatikan adalah basis perhitungan dan formulasinya harus transparan.
"Karena ini adalah bagian pendidikan bagi masyarakat dan kredibilitas. Karena publik ingin mengetahui bahwa kalau kita melakukan penyesuaian harga itu masih konsisten sesuai dengan reformasi sektor energi yang kita lakukan," ujar Agus.
Apabila perhitungan sudah tepat dan transparan serta dilakukan dengan konsisten, lanjut Agus, pihaknya tentu mendukung rencana penurunan harga BBM tersebut.
"(Penurunan BBM) ini jangan untuk popularitas, tapi harus ada akuntabilitas dan mencerminkan kondisi sebenarnya. Jadi kalau mau di-review ya harus kita lakukan dengan disiplin, enam bulan di-review kalau perlu naik ya naik, kalau perlu turun ya turun," kata Agus.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo berjanji akan mengumumkan kemungkinan penurunan atau tetapnya harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium pada Senin (5/10). Presiden juga memastikan hingga Desember harga BBM tidak naik dan dirinya telah menyampaikan agar dilihat lagi biaya yang bisa ditekan (efesiensi).