REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pascaanjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, konsumsi masyarakat di Indonesia semakin menurun. Termasuk pasar tradisional ternyata juga terkena imbasnya.
Sejak dua bulan terakhir, omzet para pedagang pasar di Kota Yogyakarta mengalami penurunan. Bahkan penurunan omset mencapai 20 hingga 30 persen dari bulan biasanya.
"Penurunan omset kita rasakan cukup signifikan. Meski begitu pedagang tetap berjualan tidak ada yang tutup atau gulung tikar," ujar Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Kota Yogyakarta, Margono, Rabu (30/9).
Penurunan omset tersebut menurutnya merata dialami oleh semua pedagang. Namun yang paling tinggi adalah pedagang baju atau kerajinan. Untuk pedagang makanan, minuman dan kebutuhan pokok juga mengalami penurunan namun tidak sebesar pedagang lainnya.
"Situasi ekonomi memang sedang lesu. Kita bisa bertahan sudah bersyukur," katanya.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan promosi pasar dibantu oleh Dinas Pengelolaan Pasar (Dinlopas) Kota Yogyakarta. Salah satu promosi yang dilakukan adalah gebyar undian berhadiah belanja di pasar.
Melalui program ini pembeli akan menerima kupon berhadiah yang diundi pihak pasar. Namun kata dia, gelar promo ini belum mampu mendongkrak daya beli masyarakat tahun ini.
"Tahun ini daya beli masyarakat susah naik, apalagi pasar modern khususnya minimarket tumbuh dimana-mana," katanya.