REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Institute National Development and Financial (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, persoalan impor tidak akan pernah selesai kalau datanya belum //beres//.
"Sampai hari ini data mengenai kebutuhan impor sendiri belum clear antarkementerian. Itu yang harus dibereskan terlebih dahulu," ujarnya kepada Republika, Ahad (27/9).
Ia menilai, selama data itu masih simpang siur, tentu akan berpotensi terjadinya sumber 'permainan'. Menurutnya, kalau data sudah benar, maka mau menggunakan sistem apa pun dan apakah perlu impor atau tidak akan lebih jelas.
Enny memandang, sepanjang kebutuhan konsumsi domestik tidak mampu dipenuhi oleh produksi yang ada tentu konsekuensinya harus impor. Kalau tidak akan merugikan masyarakat. Kendati begitu, kebutuhan impor sendiri harus didukung verifikasi data yang valid. "Itu belum kelihatan dan belum selesai, sehingga komplikasi impor ini sangat terlihat politis," lanjutnya.
Aoal fluktuasi harga pangan, kata dia, tak sekedar pada pasokan. Melainkan juga pada sektor tata niaganya. Ia menambahkan, apabila kebutuhan pasokan belum //beres//, sementara persoalan tata niaga masih sangat krusial, hal itu dapat menjadi sumber persoalan lain.
"Nanti itu malah berpotensi adanya 'permainan' atau spekulasi di kalangan yang memiliki dominasi pasokan," katanya menegaskan.