Ahad 20 Sep 2015 20:26 WIB

Pemerintah Diminta Hidupkan Lagi Jalur Kereta Semarang - Bojonegoro

Rep: Sapto Andika/ Red: Esthi Maharani
Kereta api
Foto: Wahyu Putro/Antara
Kereta api

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah didesak untuk menghidupkan lagi jalur kereta api yang sempat mati di sepanjang Semarang - Bojonegoro. Jalur kereta api yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda ini memilki panjang 455 km dan terdapat 23 stasiun sepanjang jalurnya.

Pakar transportasi Djoko Setijowarno menuturkan, sejak 1980-an jalur ini tidak beroperasi karena kalah bersaing dengan transportasi berbasis jalan raya.

"Di samping ada menurunnya keberpihakan terhadap transportasi umum yang menjadi biang keladinya," jelas Djoko, Ahad (20/9).

Djoko mengungkapkan, pemerintah sendiri sudah ada sinyal positif untuk menghidupkan jalur non aktif, termasuk jalur ini.

Jaringan rel kereta api Semarang - Bojonegoro ini meliputi lintas (1) Semarang - Demak - Kudus - Pati -   Juwana - Rembang - Lasem-Bojonegoro sepanjang 106 km, (2) Demak - Purwodadi - Blora sepanjang 9 km, (3) Purwodadi-Ngrombo sepanjang 9 km, (4) Pengkol-Kradenan sepanjang 8 km, (5) Kudus-Mayong-Bakalan/Pecangaan/Welahan sepanjang 28 km, (6) Juana-Bulumanis-Tayu sepanjang 25 km, dan (7) Rembang-Blora-Cepu 74 km.

"Selain jalur itu, masih ada juga jalur kereta api darir Stasiun Juwana menuju ke pelabuhan niaga Juwana," katanya.

Djoko menjelaskan, kala itu jalur ini dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk mendukung kebutuhan distribusi orang dan barang dalam mendukung peningkatan sektor ekonomi. Beberapa komoditas utama yang diangkut adalah pertanian, kehutanan (kayu jati), karung goni, gula (perkebunan tebu).

"Di jalur ini terdapat sejumlah pabrik gula," ujar Djoko.

Saat ini, lanjutnya, mulai terbangun pabrik semen di Pati dan Rembang. Aktifnya jalur kereta api diharapkan akan mencegah kerusakan jalur darat akibat industri.

"Tentunya agar jalan tidak cepat rusak, mudah dengan akses langsung ke pelabuhan, maka mempercepat pengaktifan jalur ini merupakan keharusan," katanya lagi.

Selain 23 stasiun, sepanjang koridor ini juga terdapat 78 halte dan 80 persen posisi halte terdapat di pedesaan.

"Mengatifkan koridor ini berarti menghidupkan ekonomi pedesaan. Dgn hidup ekonomi pedesaan akan turut mengurangi urbanisasi," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement