REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Melihat krisis sapi yang terjadi di Bangladesh, terutama menjelang Idul Adha para ahli meyakini krisis ini akan teratasi beberapa tahun berikutnya.
"Sapi yang datang dari India bebas sampai saat ini. Jadi, Bangladesh menjadi tergantung pada sapi India. Jika ada dorongan dari departemen peternakan untuk mendorong lebih banyak orang untuk sapi belakang, saya pikir kita tidak akan perlu membawa sapi India sama sekali," kata Atikul Alam, pedagang sapi grosir yang menyediakan sapi India untuk Dhaka Gabtoli Sapi Market dikutip dari OnIslam, Jumat (17/9).
Alam meyakini pemerintah Bangladesh dapat menangani krisis tersebut dengan baik. Ia optimis dalam beberapa tahun ke depan Bangladesh dapat memenuhi kebutuhan pemotongan hewan kurban tanpa bergantung sapi dari India.
Selama periode enam minggu menjelang Idul Adha tahun lalu, sekitar 1 juta sapi India mendarat di Bangladesh. Tapi, pada periode yang sama tahun 2015 tidak lebih dari 100 ribu sapi India akan memasuki Banglades.
Dr Khondaker Golam Moazzem, direktur penelitian di Dhaka think-tank dari Centre for Policy Dialogue, mengatakan bahwa krisis merupakan permasalahan sementara yang akan diselesaikan segera. Ia menjelaskan bahwa membutuhkan sekitar lima tahun untuk memiliki sapi yang cukup memenuhi kebutuhan kurban dari rumah potong di Bangladesh.
"Penurunan kedatangan sapi India memang memicu krisis sementara di Bangladesh. Pemerintah telah mengambil catatan itu dan sedang mempersiapkan cetak biru untuk memberikan dorongan untuk sapi membesarkan di negara ini," kata Moazzem.