Kamis 10 Sep 2015 16:30 WIB

Ini Tiga Momen yang Dilewatkan Pemerintah untuk Perkuat Pasar

Rep: Risa Herdahita Putri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden Joko Widodo mengumumkan paket kebijakan ekonomi pemerintah di Istana Negara, Jakarta, Rabu (9/9).Republika/Edwin Dwi Putranto
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Presiden Joko Widodo mengumumkan paket kebijakan ekonomi pemerintah di Istana Negara, Jakarta, Rabu (9/9).Republika/Edwin Dwi Putranto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Desain Paket Kebijakan Ekonomi yang kemarin (9/9) diumumkan pemerintah tidak membawa pengaruh signifikan terhadap kinerja pasar modal domestik. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini bergerak konsisten memerah.

"Tadi pagi saya lihat merah yaudah tidak berpengaruh," kata Kepala Riset NH Korindo Securities, Reza Priyambada, di sela acara Seminar "Strategi Investasi Dalam Menyikapi Kondisi Pasar Saat Ini", Kamis (10/9).

Pagi ini, IHSG dibuka memerah 47,21 poin atau turun 1,09 persen ke level 4.300,07. Pergerakan negatif ini masih terus terpantau hingga akhir penjualan sesi I, yang ditutup minus 0,44 persrn atau turun 19,14 poin ke level 4.328,14.

Ia menjelaskan, yang ditunggu oleh para pelaku pasar saat ini bukanlah Paket Kebijakan Ekonomi pemerintah. Pelaku pasar saat ini sedang menunggu realisasi dari kebijakan-kebijakan pemerintah itu.

Lebih lanjut, ia juga mengatakan, Indonesia sejauh ini sebenarnya sudah kehilangan tiga momen penting. Tiga momen ini yang seharusnya berpotensi menaikkan persepsi pasar.

Ia menyebut, momen pertama adalah saat Presiden Jokowi datang ke BEI dalam acara peringatan 10 tahun beroprasinya kembali bursa efek. Saat itu Jokowi memberikan motivasi kepada para pengusaha dan pelaku pasar agar tetap optimistis terhadap perekonomian Indonesia.

Momen kedua adalah saat 17 Agustus, yaitu saat Presiden Jokowi menyampaikan nota anggaran. Sementara, momen ketiga adalah saat Jokowi mengumumkan keputusannya untuk me-reshuffle Kabinet Kerjanya.

"Itu market kita malah memerah, artinya kepercayaan pasar sudah berkurang," tambahnya.

Saat ini kata dia, kekhawatiran pasar lebih besar menyoroti kondisi perekonomian global. Terutama pihaknya dalam hal ini menekankan soal kebijakan pemerintah Cina. Menurutnya, kebijakan bank sentral Cina lebih sulit diprediksi dibanding kenaikan suku bunga the Fed.

"Sebelumnya,  karena semua fokus ke the fed, nggak ada yang mengira kan kemarin ada devaluasi yuan," tambah Reza.

Hal yang sama juga diungkapkan Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI), Mudjiharno. Ia pesimistis dengan pengaruh desain Paket Kebijakan Ekonomi yang baru diumumkan. Menurutnya, ketidakpastian ekonomi global masih membayangi gejolak pasar domestik.

"Terakhir presiden umumkan Paket Kebijakan Ekonomi tahap I. Namun, ketidakpastian masih membayangi ekonomi global. Jadi sebenarnya saat ini kami sedang kebingungan mau berbuat apa menyikapi pasar," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement