REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Kendati musim kemarau diprediksi berlangsung panjang, dan bencana kekeringan terjadi, namun Badan Ketahanan Pangan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Boyolali, Jateng, memastikan produksi pangan aman. Bahkan stok lokal masih surplus.
Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Kabupaten Boyolali, Juwaris, Kamis (10/9), mengatakan hingga akhir Agustus 2015 ini saja, mengalami surplus sekitar 137 ribu ton setara beras.
Menurut Juwaris, produksi pangan hingga Agustus 2015 mencapai 229.685 ton gabah kering panen (GKP) dengan luasan panen sekitar 41 ribu hektar. Sedang ketersediaan pangan mencapai 202.917 ton setara beras. Adapun kebutuhan pangan lokal mencapai 65.917 ton per-tahun dengan jumlah pendudukan 947.813 jiwa.
Ia menilai, semua ini tidak lepas dari kerja keras semua pihak. Termasuk kaum tani, dan jajaran pemangku kepentingan yang terkait penyediaan bahan pangan. "Ini tidak lepas dari kesadaran petani mendukung pemerintah dalam mewujudkan menuju swasembada pangan," katanya menambahkan.
Seperti diketahui, Kabupaten Boyolali merupakan sentra tanaman padi. Ini terutama di wilayah Boyolali bagian Selatan. Seperti Kecamatan Banyudono dan Kecamatan Ngemplak yang secara teknis memiliki irigasi sepanjang tahun. Petani yang memanfaatkan lahan tadah hujan, kini memilih menanam tanaman palawija. Seperti, kacang tanah dan jagung sesuai dengan musim kemarau saat ini.
Ihwal keberadaan lumbung padi, kata Juwaris, menjadi strategi dalam menjaga ketahanan pangan. Lumbung menjadi penyimpanan cadangan beras yang bisa digunakan saat darurat.